Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 3 September 2022: Rani Jaringan
dabaik kuy
… gak byk anak muda rajin spt rani… kenapa? krn cukup jd relawan mas jo maka sdh bs jadi komisaris bumn yg gajinya 100 jt …. lalu kenapa hrs repot2 kerja keras + belajar keras spt rani?
Condro Mowo
Asyik memang "meneliti" .Seperti juga Rani. Dulu saya berkeinginan juga (saat SLTA/SMA). Di laboratorium sekolah itu, pelajaran kimia, saya begitu heran dan tertarik kok bisa : "… blukuthukk.. blukuthukk…" saat terjadi reaksi kimia, basa dengan asam , atau asam dengan oksida dsb. Apa menyebabkan itu terjadi…? Sekarang, saya 'meneliti' ( ditulisan p.Dahlan ini) ada lebih dari sepuluh/sebelas akhiran baru di blantika grammar Indonesia: nyi… betulkah ada yang baru seperti yang diteliti Rani…
Kelender Indonesia Lengkap
Yang pada stenbay komen sejak jam 4 tadi sudah pada ga di tempat, makanya kolom komentar terlihat sepi. Gegaranya, artikel yang ditunggu-tunggu tak kunjung nongol. Catatan buat Abah, jam tayang di bawah judul artikel tertulis 04.00 WIB, ini tidak menunjukkan fakta sebenarnya. Ini semacam pembohongan publik skala nano.
Mbah Mars
Bah. Mbok nulis Gorbachev. Pasti menarik. Apalagi jika dikaitkan gosreh antar negara pecahan Uni Soviet. Yang sedang hot ya perang Rusia VS Ukraina. Tentang tulisan pagi ini, kultur jaringan itu apa to Bah ? Tidak dong dech saya.
Abi Kusno
Sebetulnya Rani itu jumlahnya tak terhitung di Indonesia. Setakat kini, tidak atau belum mendapatkan tempat di Negeri sendiri. Dulu tahun 1996 atau 1997 Jawa Pos menulis berita utama tentang Nelson Tansu. Lulus program doktor termuda se Asia di Universitas ternama Amerika. Jurusan teknik. Di kemudian hari saya baca berita sudah jadi guru besar, profesor. Menjadi bintang tamu di acara Kick Andy. "Maukah kerja di Indonesia? Membangun Negeri sendiri?" Jawabannya Anda semua sudah tahu. "Saya mau jika 'dihargai' sebagaimana mestinya." Semoga Rani, murid Pak Pranowo, mau mengabdi di Negeri sendiri.
alasroban
Seperti menemukan air jernih di padang sahara sambo. Pagi ini manufacturing hope terbit lagi. Dengan penutupan quote nan keren tiada terkira. "Ilmuwan yang pengusaha, pengusaha yg ilmuwan". Monggo ☕
Leonardus Nana
Bangsa kita tidak berkembang karena anak muda belum dipahamkan tentang makna dari pendidikan itu. Makna pendidikan "memanusiakan Manusia" sungguh masih sangat abstract dan anda sudah tahu jika untuk mengerjakan proyek memanusiakan Manusia itu maka akan sudah terjadi seperti ini: 1. Siswa dipaksa belajar banyak sekali mata pelajaran tapi satupun tidak dapat menjadi mata pembelajaran. 2. Karena itu siswa pergi Sekolah sekedar untuk memenuhi hak belajar tanpa mengetahui apalagi memahami pelajaran apa yang akan menjadi pembelajaran bagi hidupnya. 3. Siswa tidak dipahamkan bahwa belajar adalah sebuah trial and error yang terus mendorongnya untuk terus belajar hingga dia mendapatkan retention. 4. Pemerintah terus membuat dan menganti Kurikulum tanpa sebuah evaluasi yang menemukan kegagalan atau keberhasilan dari sebuah Kurikulum pun. Oleh karena itu, jangalah sibuk untuk menguji coba cara bagaimana memanusiakan Manusia tetapi sibuklah mendampingi atau membimbingi manusia guna belajar membuat sesuatu bagi kemanuaianya.