Jimmy Marta
Data lengkap dan paling mudah mengenai mobil pribadi itu adalah menyangkut cc, tahun keluaran dan bodynya(bc, pick up atau bukan). Dari data itu pasti mudah dibuat klasifikasi. Yg berhak dp subsidi atau yg tidak. Tidak ruwet. Mypertamina awalnya menjurus kesitu. Juga opsi kedua sistim mendaftar itu.Tp entahlah setelah diuji coba sebulan di bbrp kota, gk jelas nasibnya. Kalau dilihat perjalanan awal dg cashless spbu, koneksi internet lah masalah utamanya. Sekarang tinggal kemauan. Ingin meringankan rakyat atau membebankan pengusaha atau merepotkan pemerintah.
EVMF
"I think business is very simple… Take the sales, subtract the costs… The math is quite straightforward." (Bill Gates) "Saya pikir bisnis itu sangat sederhana… Hitung angka penjualannya, kurangi biaya-biayanya… Matematikanya sangat sederhana." Masalahnya tinggal "keterbukaan informasi" berapa sebenarnya angka-angka yang real atas bahan baku, biaya produksi, biaya distribusi dan lain sebagainya. Najwa Shihab pernah mengatakan… angka-angka dapat direkayasa atas nama metodologi sehingga seperti real… Apakah Standard Metodologi nya atau Orangnya yang mesti "Ber-standard" ?? Sehingga besarnya angka subsidi BBM menjadi transparan, sekaligus raut wajahnya APBN akan jernih. Juga para ekonom tidak perlu capék berbantah-ria, toh masalahnya sepertinya bukan di Standard Metodologi nya.
Lukman Nugroho
Subsidi salah sasaran itu salah siapa ? Salah yang memberi atau yang menerima ?
Rihlatul Ulfa
Sudah seharusnya memang Pemerintah punya rival. Biar lebih tahu diri, biar lebih bisa lebih mau repot ngitung-ngitung. Kan kalau sudah begitu siapa nanti yg rugi? Hehe keren nih vivo. Anggapannya anda tidak mungkin mempunyai satu penyelamat di muka bumi ini. Misal yg satu berkhianat yg satunya tiba-tiba datang membantu dengan tulus. Atau apakah gara-gara karena mayoritas pembeli pertalite khususnya motor suka membulatkan jadi 10.000. Padahal membulatkan itu bukan berarti mereka sangat mampu. Tapi penguasa kebijakan-kebijakan di dalamnya bisa saja terihlami karena hal itu. 'Sudah naikan saja jadi 10.000. Toh biasanya juga mereka membulatkan nya kan' sesimpel itu. Padahal Pemerintah harusnya tidak pernah boleh berfikir sesimpel itu, ini misalnya saja. Karena kenaikan BBM ini bukan hanya satu yg membuat dia naik. Tapi semuanya.. semuanyaa..
Er Gham
Vivo RON 89 tiba tiba menghilang di banyak spbu. Padahal direksinya bilang masih ada stok untuk 2 bulan yang akan dihabiskan. Apakah karena ada ancaman pemerintah agar vivo menaikkan harga bbm RON 89? Kenapa usil sih pemerintah. Kalo masyarakat Jabotabek beli bbm pengganti pertalite di 30an spbu vivo justru bagus. Beban subsidi berkurang, karena dalam harga pertalite yang Rp 10.000 masih ada subsidi sebesar Rp 3.000. Atau memang harga Rp 10.000 itu harga ajaib, yang diotak atik gatuk. Biarkan saja vivo jualan. Khan, jumlah pom bensinnya juga tidak sampai 1.000. Jangan sampai, ada kebohongan demi kebohongan yang terus diproduksi di negara ini.
doni wj
Pada tahun buku 2021 Pertamina mencatatkan pendapatan sebesar USD 57,51 miliar atau senilai Rp 832,97 triliun, dengan keuntungan bersih 29,69 triliun rupiah. Ini meningkat dari torehan tahun sebelumnya yang USD 41,47 miliar atau setara Rp 600,65 triliun dengan keuntungan bersih 15,2 triliun rupiah (CNBC Indonesia). Petronas memperoleh pemasukan USD 20,9 miliar dan menyumbangkan dividen USD 11,15 miliar. Menurut keterangan pers Menkeu Malaysia yang dikutip Reuters. Entah beban apa saja yang ada di Pertamina, labanya yang hampir 3 kali lipat Petronas namun keuntungan bersihnya seperlimanya. Seberapa banyak Pertamina bisa menyumbang ke subsidi yang 502 triliun rupiah ke 275 juta penduduk Indonesia? Berapa bagian yang ditanggung Petronas dari 33 triliun rupiah subsidi yang digelontorkan untuk 32 juta hamba negeri jiran? Agaknya jumlah penduduk yang tidak lebih besar dari penduduk Jawa Tengah itu yang membuat Malaysia mampu mensubsidi BBMnya 10.000 rupiah per liter hingga harga jualnya Rp 6.800 saja. Yang pemasukannya banyak Pertamina. Yang untungnya banyak Petronas. Yang paling cerdik menggerakkan dan memancing emosi dan jempol warga +62 adalah Vivo
Liam Then
Jika di sensus, juga di teliti. Perihal kenaikan harga BBM bersubsidi. Terkait pemahaman kenapa harus naik, saya yakin, mayoritas populasi dapat mengerti. Tetapi jika di sensus lagi, alasan orang marah dengan kenaikan BBM bersubsidi. Yakin saya ,ada persentase besar ,alasan kemarahan. Karena pemerintah, dari pusat sampai daerah, dari DPR sampai DPRD II gagal proyeksikan pola hidup hemat dan penggunaan anggaran tepat guna. Sudah jamak ,dan banyak di berita, laporan kekayaan, tentang ajudan-ajudan, tentang staf-staf ahlinya ahli badan-badan bentukan ekstra lainnya.Salah satu gubernur daerah Istimewa tercatat menunjuk puluhan pemikir unggul sebagai anggota suatu think tank untuk mendukung kebijakannya ,memajukan daerah. Pemerintah pusat dengan proyek-proyek ambisius dan prestisius. Di daerah saya, pemda tak dana untuk proyek jembatan duplikasi 267 milyar , sehingga harus antre tahunan di PUPR. Bikin ribuan orang terkena macet saban petang, setiap hari,sampai sekarang. Tak mampu bangun jembatan dengan 267 milyar, dengan APBD. Tapi mampu bangun trotoar mewah jalan protokol, senilai 54 milyar. Berkunang-kunang saya memikirkan sebenarnya skala prioritas dan njelimetnya aturan kepemerintahan, terkait pembangunan fasilitas publik. Bisa jadi, alasannya, pemda tak wewenang untuk bangun jembatan duplikasi, itu ranah nya PUPR, pusat. Entahlah. Banyak yang melanggar norma logika, di republik kesayangan saya ini.
Tao Lie
Setahu SPBU VIVO di Tangerang juga ada dekat perumahan Modern.