Minyak Merah

Sabtu 01-10-2022,08:00 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Dahlan Iskan

Itulah sisi baik pandemi Covid-19. Selama Covid penjualan vitamin E dan A meningkat drastis. Padahal harganya mahal. Kenapa tidak memanfaatkan kandungan vitamin dalam sawit yang sudah lama ia ketahui. Jadilah minyak merah itu.

Maka kalau saja minyak merah bisa memasyarakat –bisa seluas minyak goreng–  alangkah sehatnya masyarakat kita. Imunitas masyarakat bisa naik dengan sendirinya. Tentu kalau cara menggorengnya juga benar: jangan dipanaskan melebihi 160 derajat Celsius. Sehebat olive oil pun tidak berguna kalau diperlakukan seperti itu.

Siapa yang akan memproduksi minyak merah itu?

"Karena prosesnya sederhana, koperasi bisa melakukannya. Atau UMKM. Jangan sampai diproduksi pengusaha besar. Investasinya hanya sekitar Rp 1,5 miliar per unit produksi," ujar Donald. Itu untuk unit dengan kapasitas 1 ton/hari. "Kalau pun daya serap pasarnya bagus lebih baik melibatkan banyak koperasi atau UMKM untuk  memproduksinya. Jangan hanya satu-dua pabrik besar," katanya.

Bahan baku minyak merah ini sama dengan minyak goreng: CPO. Tapi kalau koperasi atau UMKM yang memproduksi bisa jadi akan kesulitan memasarkannya. Memasarkan minyak merah tidak mudah. Perlu perjuangan khusus. Sebagai produk baru dengan aroma baru bisa saja minyak merah dianggap aneh. Lalu terjadi penolakan di masyarakat.

Sasaran pasar minyak merah haruslah orang yang sadar kesehatan dulu. Itu berarti kelas menengah ke atas. Tahap berikutnya barulah turun ke kelas di bawahnya.

Bisa saja koperasi atau UMKM yang memproduksi tapi penjualannya harus ditangani perusahaan marketing yang hebat. BPDPKS bisa turun tangan menemukan off taker dan distributornya.

Sayang sekali kalau BPDPKS yang sudah berhasil mendanai penelitian itu hanya berhenti di situ. Lihatlah kandungan vitamin E/ppm-nya. Bandingkan dengan minyak apa pun. Minyak merahlah yang tertinggi. Mengalahkan minyak jagung, minyak bunga matahari, apalagi olive oil. Demikian juga kandungan provitamin A-nya (lihat grafik).

Begitu hebatnya. Tapi belum ada #MinyakmerahSatu. Belum ada juga #Kolaborasi. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan*

Edisi 30 September 2022: Martir Minoritas

iwan

Saya tidak yakin kalo AS tidak ikut campur dalam demonstrasi sebegitu besar dan masif nya, minimal kasih dana dengan dibantu beberapa penghianat bangsa. Modus nya sudah sangat biasa dan kasat mata.

Jsk

Tapi ini poin menariknya, soal trafik YouTube yang bisa di bilang mudah di manipulasi. Kalau mau. Saya belum terlalu berminat bermain dengan trafik karena ada alasannya. Saya cukup yakin mengatur trafik untuk youtube itu sangat mudah, tapi perlu energi juga. Makanya banyak keajaiban di YouTube, 3 tahun terakhir ini. Dalam catatan, bahasa anehnya maraton estafet. Jadi bertahap, kecuali anak konglo. Pindah saku sedikit selasai. Poinnya tinggal sediakan perangkat. Sekalian tips untuk YouTuber pemula. Buat konter dulu sebelum buat YouTube iya. Jangan buang waktu nonton tutor. ambil tindakan kalau sudah nggk tahan. Jadi, ada 2 juta orang melakukan hal yang sama dalam waktu 30 menit pertama. Dan tidak terjadi pada satu saluran. Kocak memang. Untuk alasannya, adalah beberapa developer game. Tidak menjengkelkan. Cuma nji-njiki. Maaf saja sepertinya belum cukup. Ini semacam digital war. Belum eksplisit, ini legal trolling, pembunuhan secara tidak langsung menurut saya. Berapa orang yang egonya ingin kalian makan. Berapa bocil yang BPKB motornya di bank, dan masih gila skin sekarang. Bilang babi, dan anjing cuma alasan sekedr pintar bermain game. Lomba chat pas lagi nge rank. Kebiasaan mereka saat ini hanya membuat senang sedikit kelompok. Sebar racun, sebar kemarahan, sebar ketakutan, sebar kebodohan, atau sebar kesialan. Iperg pemain MP untuk contoh lagi. Dengan memanfaatkan human nature para influencer. Kocaknya, dulu game moba idiot sudah di buatkan gong asal-asalan.

Jsk

Tags :
Kategori :

Terkait