ari widodo
adanya nabi palsu adalah suatu keniscayaan dan fakta sejarah dan terus ada sampai akhir zaman, jadi landasannya ilmiah lha wong ada di hadits, manfaatnya untuk apa penelitian ya manfaatnya untuk memberikan pemahaman pencerahan literasi sebagai ilmu bagi ummat akhir zaman agar jangan sampai tersesat percaya atau bahkan menjadi pengikut ajaran nabi palsu, jadi kategori nabi disini adalah kategori nabi palsu dan itu ilmiah, sebagaimana ada orang di komunitas disway mengaku sebagai komentator spesialis padahal bukan, berarti dia adalah komentator spesialis palsu
Johannes Kitono
Dikala media utama dan medsos sedang heboh soal gagalnya Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia - U-20. CHD dan juragannya seolah olah pura pura tidak tahu. Padahal pasti sedih dan kecewa juga dengan putusan FIFA. Terpaksa memindahkan arena laga Sepak Bola dari Indonesia akibat penolakan dari dua Gubernur PDI-P. Anak saya cs kecewa berat karena tidak bisa menyaksikan Timnas Garuda berlaga lagi seperti ketika mengalahkan Timnas Burundi. Ketika beberapa Arab sedang rekonsiliasi dengan Israel justru kita menolak kedatangan Timnas Israel. Hanya untuk urusan sepakbola. Ironisnya, ketika IPU mengundang parlemen Israel bersidang ke 144 di Bali, 2022. Tidak ada partai dan anggota parlemen yang menolaknya.Nah, giliran FIFA mengundang Timnas Israel yang sudah lolos prakualifikasi berlaga di Indonesia. Kok tega teganya para politisi termasuk partai penguasa menolaknya. Partai Penguasa akan membayar mahal atas tindakan munafiknya. Suara Partai Penguasa saat Pemilu pasti digembosi para pencinta sepakbola dan generasi muda. Gagalnya Indonesia jadi tuan rumah karena wan prestasi terhadap FIFA akan berdampak negatip. Terhadap perkembangan sepak bola di Indonesia. Harus diusulkan supaya para Politisi dan Gubernur yang menolak Timnas Israel. Seumur hidup tidak boleh menonton pertandingan Sepak Bola yang bernaung dibawah PSSI.
doni wj
Jadi kagum dg Universitas Heidelberg. Yg mendokumentasi dan mempresentasikan pengetahuan/sains sebagai buah karya pikiran dan penanda peradaban. Semangat yg sama dahulu kala pernah dilakukan dan membawa kejayaan serta era keemasan Islam. Ketika sains dan ilmu pengetahuan dijadikan landasan, nafas, dan semangat menjalani kehidupan. Hingga menjadi tulang punggung kemajuan dunia saat ini. Kalau Al Khawarizmi tidak menemukan Algoritma, tidak akan ada komputer, smartphone, atau artificial intelegence. Kalau Ibnu Sina dan Al Kindi tidak menemukan metode diagnosa, pembedahan, dan pengobatan. Dunia medis masih akan menerapkan klenik, bukan klinik. Semuanya berawal dr ayat Qur'an yg pertama turun: "Iqro..'". Bacalah. Dengan Nama Tuhanmu Yang Maha Menciptakan. Kita diminta untuk membaca, mengkaji, menelaah, meneliti, fenomena alam semesta di sekitar kita. Semua ciptaanNya. Dengan nama Allah. Semangat ini yg luntur di kalangan Muslim saat ini. Terjebak di dalam dogma dan benar-salah. Lupa pada Perintah Pertama. Maka kalau prihatin dg kondisi umat Islam saat ini, jawabannya adalah: kembali kepada perintah yang pertama. Lalu bagaimana dg manusia Indonesia? Kita terlalu terkagum-kagum pada pencapaian dunia dan sistem yg mengajarkannya. Bagaimana Universitas tertua ada di Qawariyin 830an, atau Al Azhar, atau Oxford. Lupa bahwa di relief Borobudur tahun 700an terekam sistem pengajaran klasikal sudah digunakan. Kagum boleh, terlalu jangan. Kita prihatin? Kembalilah pada yg pertama
Udin Salemo
#everyday_berpantun Kularang engkau pergi ke Pungasan/ Di Pungasan banyak kolam ikan/ Inyong dhewek suka tjengengesan/ Hebatnya filsafat tak memberi makan/ Di Pungasan banyak kolam ikan/ Satu kolam besar punya pak Hari/ Karena filsafat tak memberi makan/ Makanya tak pernah inyong pelajari/ Situjuah bandanyo dalam/ Bakambuik pinang mudonyo/ Bamulo kasiah mandalam/ Digayuang suduik matonyo/ Hari sananyan pai ka Padang/ Singgah sabanta di Ulakan/ Sabana lamak samba randang/ Mintuo lewat nyo acuahkan/
*) Dari komentar pembaca http://disway.id