Mao Muda

Jumat 28-04-2023,06:15 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Dahlan Iskan

Bisa dikasih contoh negara yang dulunya negara miskin lalu tiongkok masuk jadi negara maju atau negata kaya. Satu saja. Kalau sebaliknya ada banyak contoh seperti Srilangka.

Amat K.

Kisah penggabungan tentara pejuang dengan tentara resmi di atas membuka ingatan saya kembali. Ada cerita tokoh pejuang berasal dari kampung istri saya. Dia dikenal dengan nama Ibnu Hajar, bekas bawahan Brigjen Hasan Basry -pahlawan nasional dari Kalimantan Selatan-. Setiap mengingat cerita Ibnu Hajar, hati saya terenyuh. Bagaimanapun, sudah suratan takdir dirinya. Seorang pejuang revolusi kemerdekaan, komandan yang dihormati, berakhir hidupnya di hadapan regu tembak setelah divonis mati karena pemberontakan. Tanggal 17 Mei 1949 begitu monumental bagi kami, masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Begitu bersejarah, diperingati setiap tahun sebagai Peringatan HUT Proklamasi Gubernur Tentara ALRI divisi IV Pertahanan Kalimantan. Itulah pernyataan Kalimantan sebagai bagian dari Republik Indonesia. Pun sampai diabadikan sebagai nama stadion di Banjarmasin. Haderi adalah nama lahir Ibnu Hajar. Sedari kecil dikenal punya watak keras, jagoan, suka berkelahi, dan menonjol dibandingkan teman sebayanya. Revolusi Indonesia 1945-1949 menjadi panggung tersendiri bagi Ibnu Hajar. Dia mendapat tempat menyalurkan mental jagoannya. Perawakannya juga tinggi besar untuk ukuran warga lokal dahulu.

Amat K.

Akhir perlawanan Ibnu Hajar dkk. adalah saat Ibnu Hajar ditangkap. Atas bujukan adiknya dengan iming-iming materi, Ibnu Hajar keluar dari sarangnya. Diadili. Lalu divonis hukuman mati. Hidupnya berakhir di hadapan para eksekutor. Itulah akhir hidup seorang pejuang yang sakit hati.

Amat K.

Lalu, bekas KNIL yang dulu merupakan musuh (anak buah Belanda), malah dengan mudah masuk ke dalam TNI. Mendapat pangkat lebih tinggi ketika masuk TNI dengan alasan pendidikan yang lebih tinggi dan kondisi fisik yang lebih baik. Sangat berbeda perlakuan dengan mantan pejuang. Selain punya "kecacatan" fisik akibat perjuangan. Mereka pun berasal dari rakyat biasa, pekerjaannya bertani, berkebun, dll. yang tahunya cuma berjuang. Tidak "berpendidikan". Dahulu memang banyak yang buta huruf Latin, tapi tidak dengan pendidikan agama. Ibnu Hajar adalah pejuang yang kecewa, bersimpati pada kawan seperjuangan, lalu masuk ke hutan, menuntut keadilan. Dianggap pemberontak, Ibnu Hajar beserta pasukan diburu oleh TNI. Masa-masa perburuan itu adalah masa kelam bagi masyarakat di kampungnya Ibnu Hajar dkk. Setiap orang yang memiliki hubungan dengan mereka, dicari, diinterogasi. Tak jarang ada mendapat perlakuan kasar jika turut membantu "pemberontak". Hingga tak heran banyak keluarga yang memutuskan hubungan dengan mereka untuk keselamatan diri. "Gerombolan" adalah kata yang menakutkan masa itu. Banyak yang mengasosiasikan sebutan gerombolan pada kelompok Ibnu Hajar. Menurut sumber yang saya peroleh, memang kala kekacauan itu ada kelompok yang memanfaatkan situasi. Mereka merampok, berbuat onar, bahkan tidak segan menculik para gadis. Kelompok itulah yang dihubungkan dengan Ibnu Hajar dkk. Padahal, berkontradiksi dengan sifat Ibnu Hajar yang dikenal sebagai penganut ajaran agama yang taat.

Amat K.

Pasca pengakuan kedaulatan adalah masa penting yang mengubah hidup seorang Ibnu Hajar. Setelah ALRI Divisi IV bubar, kombatan macam Hassan Basry dan Ibnu Hajar menjadi bagian dari Angkatan Darat. Tapi tidak dengan anak buahnya semasa bergerilya yang terdampak rekonstruksi dan rasionalisasi tentara RI. Sebenarnya Ibnu Hajar bernasib baik, tidak termasuk kelompok yang dikembalikan ke masyarakat. Namun, Ibnu Hajar melihat banyak mantan pejuang yang tidak bisa diterima menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Buta huruf dan fisik yang tidak sehat menjadi alasan penolakan, kesetiaan dan perjuangan semasa revolusi sama sekali tidak menjadi pertimbangan. Tidak diperhitungkan. Kebijakan mutasi pasukan setelah 1950 oleh petinggi militer Indonesia dari Jawa ke Kalimantan, Sulawesi, dan pulau lainnya, serta kehadiran tentara dari Jawa turut menambah masalah. Ibnu Hajar merasa mendapat perlakuan yang berbeda termasuk perbedaan fasilitas dengan pasukan dari Jawa. Hasan Basry, pemimpin gerilyawan di Kalimantan Selatan, tak diangkat jadi panglima atau sekadar pembantu panglima.

Amat K..

Perihal latar belakang pendidikan, menurut seorang akademisi yang juga sejarawan yang meneliti kisah hidup Ibnu Hajar, pendidikannya tidak tinggi, buta huruf latin, berbekal pendidikan agama standar. Meski begitu, dia tegas dalam penerapan ajaran agama kepada anak buahnya selama masa gerilya di pedalaman hutan meratus. Konon, menurut keterangan anak buahnya, jika ada anggota yang tidak melaksanakan kewajiban agama akan mendapat hukuman dari Ibnu Hajar. Saat pembentukan Batalyon Rahasia ALRI IV yang berdiri pada 18 November 1946, dikomandoi Hasan Basry, Ibnu Hajar berada dalam ALRI IV tersebut. Setelah ALRI IV di Tuban bubar, perjuangan di Kalimantan tidak surut karena berdasarkan Persetujuan Linggarjati, Kalimantan berada di luar wilayah Republik Indonesia. Berarti berada di bawah kekuasaan Belanda. Hassan Basry dan Ibnu Hajar masih terus berjuang. Ibnu Hajar tak sekadar menjadi serdadu bawahan. Sebagai seorang yang dikenal jagoan, dia punya pasukan sendiri, meski jumlahnya relatif kecil. Dalam masa gerilya, lawan mereka adalah KNIL.

Liam Then

Tentang kekuasaan , laki-laki mana yang tak iri dengan kekuasaan Kaisar Tiongkok, yang namanya selir bisa punya sampai ratusan. Bukan asal selir lagi, tapi sudah melalui uji standar yang terstandarisasi. Akibatnya petugas di sekitaran istana yang kerja dan tinggal di kompleks kekaisaran, harus dikebiri semua. Ya maklum, kalo gak di kebiri, ditakutkan ada burung bisa salah hinggap sarang yang tak berpenghuni. Ratusan kamar, masak harus di beri penjaga pintu satu-satu. Ini tidak realistis, tidak banyak orang yang mau di kebiri, hanya sekadar supaya bisa kerja. Korps Kasim ini bukan dibentuk dengan sukarela, mereka di bina sejak dini, dari anak-anak orang miskin ,yang menjual masa depan anaknya ke Istana, demi sedikit uang dan harapan. Bahwa nanti sang anak paling tidak bisa membantu keluarga, karena dekat dengan pusat kekuasaan. Salah satu Kasim yang paling terkenal adalah Laksamana Cheng Ho, asal suku Hui, beragama Islam. Ia di kebiri sejak umur 10 tahun, orang tuanya pejabat di era keruntuhan kekaisaran Mongol. Cheng Ho kecil di tangkap kemudian di kebiri, dan dididik ,kemudian menjadi petugas istana, bangkit naik menjadi kepercayaan pangeran bernama Zhu Di, yang akhirnya berhasil kudeta, naik tahta menjadi Kaisar Dinasti Ming bergelar Yong Le. Cheng Ho yang dianggap kontribusinya besar, diangkat jadi Laksamana. Kemudian terjadilah muhibahnya keseluruh dunia yang terkenal itu. Jadi apa manfaatnya komen ini? Ndak tau, saya lupa tujuannya, iseng nulis kwkwkwkwkw….

Saifudin Rohmaqèŕqqqààt

Seperti biasanya. Perang terjadi karena berebut kekuasaan. Berebut pemerintahan. Saling serang dan saling bunuh. Itulah salah satu karakter bani adam. Jadi ingat pelajaran sejarah dulu. Tentang raja Airlangga. Dengan bijaksana, agar tidak terjadi perebutan kerajaan maka kerajaan kediri di bagi 2 pada tahun 1041. Menjadi kerajaan jenggala atau kahuripan dan kerajaan panjalu atau kediri. Maka apa yg terjadi? Apakah lantas damai dan tidak berebut kekuasaan? Sejarah mencatat kemudian terjadi perang saudara antar 2 kerajaan tersebut. Yaitu perang saudara antara Sri Samarawijaya si raja panjalu melawan saudaranya yaitu Mapanji Garasakan si raja Jenggala. Perang berdarah darah penuh penderitaan dan banyak korban. Demi kekuasaan. Dan luar biasanya, sama sama kuat dan seimbang hingga berlangsung sampai 60 tahun. Itulah kekuasaan. Yg jadi rebutan makhuk yg bernama manusia. Yg sekarang berulang ulang di seluruh dunia. Termasuk Sudan.

Yusuf Ridho

Tags :
Kategori :

Terkait