Pelesetan model goblok-goblokan begitu sering muncul. Dimunculkan politikus. Sebagai kompor. Padahal, duit untuk beli nasi tidak bisa didapat jika banyak wilayah terisolasi. Yang berarti harus dibangun infrastruktur dulu. Sebelum sampai nasi.
Dengan fakta-fakta tersebut, pernyataan Freddy Numberi jadi tidak relevan. Papua dan Papua Barat tidak dibiarkan miskin. Tidak. Pengentasan kemiskinan di sana terus berlangsung.
Jokowi beberapa waktu lalu menyatu dengan warga Kaimana, Papua Barat. Berjoget. Diiringi lagu sangat lawas Senja di Kaimana. Saking gembiranya membangun Papua Barat.
Freddy Numberi seperti mengabaikan persoalan utama KKB Papua, yakni ingin merdeka. Bukan soal lapar.
Buktinya, tokoh bernama Benny Wenda, yang kini mukim di London, Inggris, mengeklaim diri sebagai presiden Papua Barat. Politik. Kekuasaan. Rebut dengan diplomasi, juga bersenjata.
Papua dan Papua Barat, anak-anak ibu pertiwi, bagian dari 34 provinsi. Dua dari 34 anaknya Indonesia. Dua anak yang nakal dan kolokan. (*)