Idul Fitri Bukan Sekedar Selebrasi dan Riwa- riwi

Idul Fitri Bukan Sekedar Selebrasi dan Riwa- riwi

AMEG-Idul Fitri, salah satu hari raya yang diselenggarakan muslim di seluruh dunia. Idul Fitri juga menandai selesainya kewajiban umat muslim untuk berpuasa selama satu bulan penuh. 

Namun dalam penyelenggaraannya, kadang sebagian orang menganggap Idul Fitri hanya sebagai selebrasi.

Dosen Fakultas Agama Islam UMM, Muhammad Arif Zuhri Lc MHI, mengatakan. Secara garis besar, Idul Fitri dapat dimaknai dengan dua hal. Makna lahir dan batin. 

Makna lahir bisa dilihat dari kata Idul Fitri yang berarti hari raya dan kembali berbuka atau ke rutinitas sebelum puasa.

Dengan kata lain, umat muslim diperbolehkan untuk makan dan minum. 

Jadi menyelenggarakan Idul Fitri sebagai selebrasi atas berakhirnya bulan Ramadhan serta wujud dari rasa senang karena kita diperbolehkan makan dan minum kembali, itu sebenarnya tidak apa-apa. 

"Namun kalau hanya dipahami sebatas itu saja, menurut saya sangat kurang tepat,” ujar dosen kelahiran Riau tersebut.

Oleh karenanya, tidak hanya aspek lahirnya saja yang dimaknai. Tapi juga dari segi batinnya juga. 

Ketua komisi dakwah MUI Dau ini menambahkan, makna batin perayaan Idul Fitri dapat tercermin dalam tindakan dan perilaku seseorang yang semakin dekat dengan Tuhan. Selain itu juga semakin baik amal ibadahnya setelah bulan Ramadhan usai.

“Idulfitri juga dimaknai dengan kembali menjadi suci. Jadi saat seseorang dengan sungguh-sungguh menjalankan bulan Ramadhan dengan penuh ketaqwaan dan keimanan. Maka Idul Fitri adalah saat dimana ia kembali menjadi suci,” ucap Arif.

Ia melanjutkan, makna batin juga tercermin dari kepedulian seseorang kepada sesamanya. Hal ini ditandai dengan ditunaikannya zakat fitrah.

Dalam merayakan Idul Fitri, seseorang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Tetapi juga membantu sesamanya yang kurang beruntung.

“Jadi dalam memaknai hari raya Idul Fitri tidak hanya sebatas memakai pakaian baru, pergi kesana kemari untuk bersilaturahmi. Maupun makan makanan yang enak. Lebih dari itu memaknai dengan meningkatkan kualitas keimanan lebih dari bulan Ramadhan dan semakin peka dalam tolong menolong sesama,” pungkasnya. (*)

Sumber: