Bisnis Perhotelan Terancam Down, Jika Jalan Disekat

Bisnis Perhotelan Terancam Down, Jika Jalan Disekat

AMEG-Rencana penyekatan jalan bagi pemudik di perbatasan Surabaya dan kota sekitarnya, disayangkan oleh pengelola hotel dan restoran kota Malang.

Lantaran bisa mengurangi hingga 70 persen tingkat okupansi selama libur lebaran.

General Manager Atria Hotel Malang, Ibnu Darmawan mengungkapkan. Bisnis perhotelan bisa down. Karena market terbesar tamu hotel di kota Malang ini, berasal dari kota Surabaya, Mojokerto, Blitar dan lainnya.

General Manager Atria Hotel Malang, Ibnu Darmawan

Sehingga diprediksi akan terjadi penurunan seperti tahun baru lalu. Tingkat okupansi menjadi terendah, sekira 35 persen kamar yang terisi.

“Lebaran tahun ini ada rencana penyekatan jalan. Aparatur Sipil Negara (ASN) dilarang mudik. Sebagian besar masyarakat akan disuruh putar balik mulai 6 Mei hingga 17 Mei. Ini sangat menganggu bisnis perhotelan.Tentunya berpengaruh kepada roda perekonomian di kota Malang,” tegas Ibnu Darmawan.

Ibnu menambahkan, pihaknya lebih memilih opsi memperpanjang PPKM mikro.

“Saya malah setuju program PPKM secara mikro kembali diterapkan. Karena ada proteksi di wilayah kecil. Seperti saat saya jalan-jalan di sebuah kampung di kota Malang.Terpasang bendera hijau.  Artinya, warga di kawasan tersebut bebas dari virus Covid. Sehingga penyekatan tidak perlu lagi dilakukan,” tambah Ibnu Darmawan.

Hal sama dikatakan Ade Sudrajat, General Manager hotel 101 OJ Malang. Ia melihat berdasarkan business as usual.

Ade Sudrajat, General Manager hotel 101 OJ Malang.

Setiap momen lebaran, merupakan hal penting dalam industri perhotelan. Satu minggu sebelum dan sesudah lebaran tingkat okupansi kamar hotel selalu penuh
Bisa 100 persen. Rate kamar bisa meningkat dua kali lipat dari harga normal. Dominasi market dari Jakarta dan Surabaya masuk ke Malang untuk libur panjang.

Nah, penyekatan di perbatasan, tentu akan mempengaruhi pendapatan masyarakat yang mengantungkan hidup dari bisnis jasa perhotelan dan restoran ini.

“Setidaknya untuk Surabaya saja yang tidak dilakukan penyekatan. Akan sangat berpengaruh terhadap opportunity tingkat okupansi. Padahal selama ini, pihak hotel sudah menjalankan protokol kesehatan secara ketat. Baik kepada karyawan maupun tamu hotel yang datang. Sehingga seharusnya hotel menjadi tempat yang save dan nyaman untuk libur lebaran,” jelas Ade Sudrajat.       

Untuk itu, pihaknya bersama Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI), akan berusaha memberikan masukan kepada pemangku kebijakan. Agar diberikan kelonggaran untuk kawasan Jawa Timur, supaya tidak dilakukan penyekatan selama libur lebaran. (yan)

Sumber: