SEJUMLAH PROVINSI BERPOTENSI HUJAN DERAS PEKAN DEPAN
Ilustrasi. Sejumlah daerah diprediksi kena hujan meski masih musim kemarau. --
JAKARTA, AMEG.ID - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi hujan sedang hingga deras dalam sepekan kedepan imbas fenomena atmosfer global.
"Peningkatan potensi hujan ini dipengaruhi oleh aktivitas fenomena cuaca global, berupa gelombang Kelvin, Rossby Ekuatorial, dan MJO (Madden-Julian Oscillation); daerah pertemuan dan perlambatan angin; serta labilitas atmosfer yang menciptakan kondisi udara labil dan meningkatkan potensi pembentukan awan hujan," ungkap Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, di Jakarta, Kamis (22/8), dalam siaran persnya.
Untuk sepekan ke depan, peningkatan potensi hujan itu terjadi khususnya di wilayah Indonesia bagian tengah dan utara, yang meliputi sebagian Sumatra bagian Utara hingga Tengah, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.Guswanto menyebut kondisi ini akan berlangsung hingga akhir bulan Agustus. Ia pun meminta masyarakat waspada dan mengantisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.
Diantaranya gelombang Kelvin Rossby Ekuatoral dan Madden Julian Oscillation (MJO) Deputi Bidang Meteorologi BMKG - Guswanto mengatakan sejumlah fenomena itu meningkatkan potensi pembentukan awan hujan.
Guswanto menyebut kondisi ini akan berlangsung hingga akhir bulan Agustus. Ia pun meminta masyarakat waspada dan mengantisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang."Ada baiknya senantiasa meng-update informasi cuaca sebelum berkegiatan di luar ruang. Selalu sedia payung sebelum hujan," imbuhnya.Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengungkap pemicu sejumlah fenomena atmosfer yang mendukung potensi hujan itu.
Sehingga potensi curah hujan juga meningkat terutama pada periode 23-28 Agustus 2024 di sejumlah wilayah termasuk Pulau Jawa.
Fenomena-fenomena itu memicu peningkatan ketersediaan massa uap air basah yang menghasilkan gangguan pola angin yang dapat mendukung pertumbuhan awan-awan hujan.Di saat bersamaan, tambah dia, terjadi peningkatan kecepatan angin di selatan ekuator dengan arah angin dominan dari timur-tenggara yang menyebabkan adanya pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di beberapa wilayah di Indonesia utara khatulistiwa.Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut.
Sumber: