Kementan Usulkan Anggaran 68 Triliun di 2025 Untuk Swasembada Pangan
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Kementerian Pertanian (Kementan) mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp 68 triliun untuk tahun 2025.--
JAKARTA, AMEG.ID - Menteri Pertanian - Amran Sulaiman mengatakan Kementan mendapat anggaran sebesar 7,9 triliun di tahun 2025 namun nilai itu dirasa kurang untuk meningkatkan produktivitas komoditas pertanian.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, Kementan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 7,9 triliun pada tahun 2025. Namun, anggaran itu dinilai kurang untuk meningkatkan produktivitas komoditas pertanian, sekaligus mendukung tercapainya swasembada pangan.
Sebab itu, Kementan mengusulkan penambahan anggaran sebesar Rp 68 triliun. Rencananya, anggaran tersebut digunakan untuk mencetak sawah 1 juta hektare, optimasi lahan seluas 600.000 hektare, benih unggul, alat mesin pertanian, dan pembangunan irigasi.
Menurut Amran, ada sekitar 3 juta hektar lahan yang irigasi tersiernya perlu dibangun/diperbaiki.
Kata Amran perlu adanya tambahan anggaran sebesar 68 triliun yang rencananya digunakan untuk mencetak sawah 1 juta hektare optimasi lahan 6 ratus hektar alat mesin benih unggul dan sekitar 3 juta hektare lahan yang irigasinya perlu diperbaiki .
Menurut Amran, ada sekitar 3 juta hektar lahan yang irigasi tersiernya perlu dibangun/diperbaiki.
"Anggaran untuk swasembada dengan seluruh infrastrukturnya itu kita hitung Rp 68 triliun, termasuk cetak sawah," ujar Amran di Gedung DPR, Senin (26/8).
Amran menyebut, optimasi lahan merupakan solusi jangka pendek untuk mengantisipasi el nino/kekeringan. Optimasi lahan yang dilakukan dapat membuat lahan memiliki masa tanam dua kali sampai tiga kali masa tanam.
Sedangkan, cetak sawah merupakan solusi jangka panjang untuk mengantisipasi el nino/kekeringan. Cetak sawah diperkirakan membuat lahan dapat berproduksi di tahun kedua setelah dilakukan cetak sawah.
Disisi lain Amran menyebut optimasi lahan dan cetak sawah merupakan solusi untuk mengantisipasi kekeringan.
"Bahwa benih yang dibagikan pemerintah hampir rata-rata tidak menimbulkan efek yang produktif karena kualitasnya sangat rendah," ucap Firman.
Firman menyebut bahwa benih dan varietas tergantung wilayah dan lokasi masing-masing. Ia juga meminta pemerintah seharusnya memberikan tempat bagi masyarakat untuk memproduksi benih-benih dan pupuk lokal yang sesuai kondisi lahan di masing-masing wilayah.
"Pompanisasi ini mohon dapat ditinjau kembali, saya lihat pemetaannya masih lemah," ujar Firman.
Kementan menargetkan produksi beras tahun depan mencapai 32 juta ton, 16,68 juta ton jagung, 350.000 ton kedelai, 1,99 juta ton bawang merah, 3,08 juta ton, dan aneka cabai, 36,04 juta ton tebu.
Sumber: