Inflasi Di Jatim Terkendali Selama Agustus2024
Deflasi Agustus 2024 di Jawa Timur --
JAWA TIMUR, AMEG.ID - Kepala BPS Jawa Timur - Zulkipli menjelaskan deflasi sebesar 0,07 persen pada Agustus 2024 terjadi karena penurunan harga beberapa komoditas utama seperti bawang merah daging ayam ras telur ayam ras tomat dan jagung manis.
Deflasi ini terjadi akibat penurunan harga beberapa komoditas utama, seperti bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, tomat, dan jagung manis.
Kepala BPS Jawa Timur, Zulkipli, menjelaskan dalam konferensi pers di Surabaya bahwa penurunan harga lima komoditas tersebut berkontribusi signifikan terhadap deflasi bulan ini. “Ada lima komoditas dengan andil deflasi tertinggi pada Agustus yaitu bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan tomat dengan andil gabungan 0,17 persen. Jagung manis juga pendorong (deflasi),” ujarnya.
Menurut Zulkipli, deflasi yang terjadi pada Agustus ini terutama dipengaruhi oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau, yang memberikan andil sebesar minus 0,18 persen terhadap inflasi. Hal ini menunjukkan penurunan harga bahan makanan pokok yang berdampak langsung pada pengeluaran masyarakat.
Dari penurunan 5 komoditas tersebut memberikan andil sebesar minus 0,18 persen terhadap inflasi jadi terkendali.
Dengan deflasi ini, inflasi tahun kalender dari Agustus 2024 terhadap Desember 2023 tercatat sebesar 0,78% (year-to-date/ytd). Sementara itu, inflasi tahunan (year-on-year/yoy) dari Agustus 2023 hingga Agustus 2024 mencapai 2,05%. Zulkipli menambahkan, “Ini tentu menjadi catatan tersendiri bahwa kita sudah mengalami deflasi yang keempat kalinya sepanjang 2024 sehingga inflasi tahun kalender kita cukup rendah yaitu 0,78 persen.”
Dengan deflasi itu inflasi secara year on year tercatat sebesar 0,78 persen.
Di tingkat kabupaten/kota, deflasi paling signifikan tercatat di Kabupaten Bojonegoro dengan angka 0,23% (mtm). Selain Bojonegoro, sembilan kota lainnya juga mengalami deflasi, antara lain Kediri (0,17%), Sumenep (0,12%), Banyuwangi (0,08%), Jember (0,08%), Kabupaten Tulungagung (0,08%), Kota Surabaya (0,08%), Kota Madiun (0,07%), dan Kota Probolinggo (0,03%).
Sumber: