Kesadaran Orang Tua Soal Pendidikan Jadi Kendala Rendahnya APM Di Kabupaten Malang
tiga kendala umum yang jadi penyebab Angka Partisipasi Murni--
Kabupaten Malang, AMEG.ID - Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang Suwadji menyampaikan ada tiga kendala umum yang jadi penyebab Angka Partisipasi Murni (APM) belum 100 persen salah satunya kesadaran orang tua yang rendah untuk memberikan anaknya pendidikan.
Yang terdata menempuh pendidikan dasar 99,50 persen. Sementara pada usia 13-15 tahun terdapat 42.125 jiwa. Yang menempuh pendidikan SMP 86,98 persen .Kepala bidang (Kabid) Pembinaan Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang Muflikh Adhim mengatakan, ada beberapa kendala yang menyebabkan APM di Kota Malang belum mencapai 100 persen.
Kata Suwadji angka putus sekolah juga masih tinggi. Mulai tahun 2019 sampai 2024 ada lebih dari 12 ribu siswa jenjang SD dan SMP yang putus sekolah.Namun, tidak semuanya terhimpun karena kendala teknis. Salah satunya terkait satuan pendidikan yang tidak terdeteksi lewat data pokok pendidikan (dapodik).
”Sebagai contoh siswa yang menempuh pendidikan di sekolah yang berbasis pondok,” kata dia. Menurut Adhim, siswa yang mondok tidak memiliki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN).Itu menjadi salah satu penyebab realisasi APM tidak bisa 100 persen.Kendati demikian, Adhim mengatakan bahwa harapan lama sekolah (HLS) dan rata-rata lama sekolah (RLS) termasuk dalam kategori tinggi.
Penyebab lainnya faktor kemiskinan dimana orang tua menyarankan anaknya bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.“Kota Malang termasuk yang paling tinggi se-Jawa Timur dengan nilai HLS 15,77 tahun,” ucapnya.
Kurangnya kesadaran di beberapa daerah yang minim akses pendidikan (pinggiran) ikut menjadi penyebab APM belum sepenuhnya maksimal di Kota Malang.Pola pikir orang tua yang menyepelekan pendidikan membuat anak enggan melanjutkan studi.
Padahal segala support telah diberikan oleh Disdikbud untuk mendongkrak angka partisipasi sekolah. Misalnya program sekolah gratis. Sosialisasi juga tak luput dilakukan.Misalnya, memberikan edukasi mengenai pentingnya menempuh pendidikan.Atau mengarahkan anak memiliki cita-cita sebagai motivasi ke depannya.
Yang utama masih tingginya angka putus sekolah. Pada 2019-2024, terdapat 12.158 siswa jenjang SD dan SMP yang putus sekolah.
Dengan rincian, 3.371 siswa SD dan SMP drop out (DO) dan 8.787 siswa SD dan SMP yang Lulus Tidak Melanjutkan (LTM).“Tingkat kesadaran orang tua terkait pentingnya pendidikan ikut berpengaruh terhadap APM,” ucapnya.
Meskipun anak tersebut pintar, jika orang tua tidak mendukung pendidikan, anak tersebut kemungkinan tidak melanjutkan sekolah.Apalagi, jika ditambah faktor ketiga berupa kemiskinan. Menurut Suwadji, masih ada orang tua yang menyarankan anaknya bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.
Sumber: