Kesembuhan Khabibah Bahagiakan Paramedis
Pesantren Jauharotul Hikmah (JeHa) bersukaria. Doa santri dikabulkan. Ustazah Khabibah telah melewati operasi jantung bocor yang kata dokter mustahil untuk ditangani. Kini dia harus menepati janjinyi untuk terus mengajar mengaji setelah diberi kesempatan hidup kedua. Dokter Spesialis Bedah Jantung RSUD dr Soetomo Heru Subroto juga meminta satu hal lagi: Khabibah harus jadi mentor bagi pasien yang takut dioperasi.
***
AMEG - Perlahan tapi pasti kelopak mata Khabibah mulai bergerak. Selang infus masih tertempel di tangannyi. Namun tubuhnyi begitu lemas. Belum bisa bergerak banyak. Itu terjadi pada 4 Mei 2017.
Dadanyi masih nyeri. Dokter mematahkan tiga tulang rusuk untuk mengoperasi jantung bocor itu. Khabibah dipindahkan ke ruang ICU dengan pengawasan 24 jam nonstop.
Dokter jaga dan perawat ICU mulai menyadari bahwa guru ngaji asal eks Lokalisasi Dolly itu sudah siuman. Sudah dua hari ini mata Khabibah terpejam.
Ruangan yang tadinya hening berubah jadi riuh. Bahagia sekali mereka. Seperti melihat anggota keluarganya sendiri selamat dari maut. Khabibah bisa melihat kegembiraan itu dari ekspresi wajah mereka.
Tenaga kesehatan yang menangani Khabibah semakin takjub dengan perjuanganyi melewati operasi jantung bocor yang mustahil itu. Yang empat dokter jantung sudah angkat tangan itu.
Menurut teori, operasi itu seharusnya dilakukan sebelum usia 20 tahun. Sementara Khabibah sudah umur 37. Cuma Dokter Heru Subroto saja yang siap mengoperasinyi. Itu pun dengan persentase berhasil 50 persen.
Semua yang di ruangan itu tahu bahwa operasi yang baru saja dijalani Khabibah adalah sebuah keajaiban. Yang secara teori mustahil ternyata mudah dilakukan. Dokter Heru menemukan jaringan yang pas untuk menutup lubang pada jantung bocornya dari jantung Khabibah sendiri.
Begitu siuman, dia bikin kejutan lagi. Umumnya pasien jantung bocor baru sadar setelah 3 hari dioperasi. Kalau lebih dari 7 hari kemungkinan akan meninggal.
Khabibah sadar lebih cepat. Cuma dua hari. Dokter dan perawat berdecak kagum. Mereka tahu bahwa Khabibah punya janji yang luhur. Jika sembuh dia ingin terus mengajar ngaji di JeHa. Ikut menjalin dakwah di pusat prostitusi itu. Mereka percaya janji dan doa luhur dari santri JeHa membantu Khabibah melewati masa kritis.
Rumah sakit langsung menghubungi pihak keluarga. Mereka diberi kesempatan bertemu Khabibah satu per satu.
Ari Wahyu sang suami diberi kesempatan bertemu pertama. Ia begitu tegar ketika melihat belahan jiwanya itu terbaring di kasur ICU. Tak setetes pun air mata meleleh dari wajahnya. “Ternyata macak (pura-pura) tegar,” ujar Khabibah saat ditemui di tokonya, 11 Mei lalu.
Keluarga besar Khabibah sudah menemui dokter sebelum diperbolehkan masuk ke ruang ICU. Tidak boleh ada yang menangis. Semua harus memperlihatkan sikap tegar. Takutnya, kondisi Khabibah malah tidak stabil.
Tak lama setelah menceritakan kejadian itu, terdengar suara motor yang agak berisik. Khabibah menengok ke arah pintu toko yang dibuka separo. “Lha, itu suami saya,” ujarnyi.
Sumber: