Kesembuhan Khabibah Bahagiakan Paramedis
![Kesembuhan Khabibah Bahagiakan Paramedis](https://ameg.disway.id/uploads/khabibah2.jpg)
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Ari menyapa kami dengan senyuman. Ia dorong pintu harmonika tokonya sampai terbuka seluruhnya. Nampaknya ia baru belanja bahan untuk toko. Sepeda tiga rodanya sudah penuh dengan sembako.
Inilah pemuda pendiam yang kata Khabibah begitu sabar dan ngayomi. Tubuhnya tinggi tegap. Wajahnya teduh dan sangat ramah.
Khabibah bertemu Ari saat masih mengajar ngaji di Masjid Baitul Hidayah. Itulah masjid pertama yang dibangun di area Lokalisasi-Jarak Dolly itu. Pendirinya adalah Haji Umar Abdul Aziz. Ayah dari tiga pendiri Pesantren JeHa.
Ari yang pakar komputer itu tinggal di depan masjid. Karena mereka sering bertemu, maka ia memutuskan untuk melamar Khabibah menjadi istrinya.
Khabibah memiliki sikap yang egois dan sering mementingkan diri sendiri sebelum operasi. Pokoknya, apa yang dia inginkan harus jadi nomor satu. Namun setelah diberi kesempatan hidup kedua, sikapnya berubah total. “Alhamdulillah, sekarang saya merasakan ada perubahan. Jadi lebih tenang dan sabar,” jelas ibu satu anak itu.
Sebelum dibawa pulang, Khabibah bertemu dengan Dokter Heru. Ia mengingatkan agar Khabibah menjalankan janjinyi untuk tetap mengajar mengaji.
Dokter Heru juga meminta satu hal lagi. Khabibah harus mau menularkan kisahnya ke pasien lain. Banyak pasien yang memerlukan pendampingan dari penyintas jangutn bocor agar mereka berani masuk ruang operasi. “Nah, akhirnya saya bergabung dengan komunitas OHC (Open Heart Community), jadi mentor di sana sampai sekarang,” katanyi.
Belum juga sebulan dia menjalani pemulihan, sudah ada pasien yang ingin menemuinya. Ia cuma ingat, namanyi Mbak Tri. Sama-sama dari Surabaya.
Perempuan berusia 25 tahun itu punya kisah yang hampir mirip dengan Khabibah. Ia baru tahu bahwa jantungnya bocor setelah melahirkan anak pertama.
Tipe bocornya pun sama: ASD (Atrial Septal Defect) atau kebocoran bilik jantung. Dinding yang seharusnya membatasi atrium kiri dan atrium kanan, tidak menutup sempurna karena berlubang. Operasi juga dianggap sudah telat karena usianyi melampaui 20 tahun.
“Beliau telepon. Saya masih ingat saat itu hari Jumat,” ujarnya. Tri sudah mendengar cerita Khabibah dari dokter. Dia ingin bercerita banyak tentang kondisinya dan bertemu Khabibah.
Sementara itu, kondisi Khabibah belum pulih total. Untuk jalan pun harus berpegangan ke meja atau dinding. Ia tidak bisa ke mana-mana. Suaminyi juga masih Jumatan. Tidak ada yang mengantarnya ke luar rumah.
Khabibah berjanji akan berkunjung ke rumah Tri keesokan harinya. Tepat di Hari Raya Idul Fitri.
Keesokan harinya, Khabibah menepati janjinyi. Ia datang ke rumah Tri di daerah Simo. Namun ada yang aneh di sana. Banyak sekali orang berkerumun.
Tangis Khabibah Pecah di Rumah Tri, baca besok…(*)
Sumber: