Tak Enak, Dilarang Bayar
Lekker Holland berasal dari Belanda. Aslinya bernama boterkoek. Kadang disebut Dutch buttercake. Sesuai dengan namanya, aroma dan rasa butter sangat terasa di lidah. RR Dien Soeharto yang menyukai butter membuatnya khas ala Buter Bunch.
AMEG- Ciri khas lekker Holland ada pada warna kuning keemasan dengan motif garis-garis pada bagian atasnya. Versi aslinya disajikan polos tanpa topping. Biasa disantap dengan cara dipotong kecil-kecil.
”Sekarang banyak versi lekker Holland dengan berbagai macam topping sesuai selera. Ada chocochips, almond, keju atau kismis. Tapi yang penting buat saya harus butternya yang kuat. Teksturnya juga beragam, meski kebanyakan memberi sensasi lembut di lidah.,” kata Dien, panggilannya.
Dien sendiri membuatnya karena penasaran dengan kue itu. Rasa butternya terutama. Lalu cobalah dia bikin untuk menu baru Butter Bunch. Dien coba bereksperimen. Menyajikannya dengan menambahkan rasa sedikit renyah walaupun samar.
Bahan utamanya mentega, tepung teriug, telur, butter, dan varian lainnya. ”Butternya utama. Makanya nama Butter Bunch saya ambil dari bahan makanan favorit saya. Beda dengan margarin biasa. Butter menghasilkan rasa yang lebih gurih,” tutur perempuan 52 tahun tersebut.
Sema bahan diaduk menggunakan mixer. Setelah itu, masukkan tepung dan telur. Kemudian diberi gula halus dan vanili untuk memberikan kesan manis dan nikmat. ”Setelah tercampur rata, masuk ke cetakan. Bagian atasnya disapu dengan kuning telur di atas agar berkilap. Habis itu, kita bisa memberi ornamen sederhana agar tampilan lebih bernuansa,” katanya.
Dien cukup memakai garpu untuk membuat tarikan garis di sekujur permukaan. Lalu meletakkan choco cips atau potongan almond. ”Untuk topping pelanggan bisa milih, kok. Selain choco chips dan almond, ada yang ingin kismis,” kata lulusan Jurusan Antropologi FISIP Unar itu. Tahap terakhir adalah dipanggang di dalam oven sampai matang. Angkat lalu potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Semula Butter Bunch dijalankan Dien hanya dari hobi. Dia hanya menyediakan masakan yang disukai keluarga, kerabat dan teman. ”Saya bukan koki. Malah hobi saya travelling,” kata Dien yang pernah bekerja di konsultan pemberdayaan masyarakat itu.
Pada 2020 dia memutuskan di rumah saja merawat anak. Dicarilah kegiatan yang bisa dilakukan di rumah. Butter Bunch baru ditekuninya sejak 2010. Saat itu dijual ke teman-teman sendiri. ”Sebatas dari mulut ke mulut. Selang delapan tahun, barulah saya mantap muncul merek Butter Bunch,” katanya.
Lekker Holland paling baru di Butter Bunch. Sebelumnya ada makaroni schotel, pastel tutup, brownies, lasagna, fruit salad, mini choux, potato cheese, dimsum siomay, fruit pie, klappertaart, quiche, dan lain sebagainya.
Hingga bisa membuat belasan menu itu, Dien selalu membuat survei kecil. ”Gampang banget cara mengukur saya siap menjualnya atau enggak. Setiap mengunggah menu, saya lihat responsnya. Biasanya selalu ada yang bertanya harga atau kapan makanan itu siap dijual,” ungkapnya.
Meskipun ditanggapi positif, Dien tidak menjamin bisa memuaskan semua lidah. ”Tapi yang masih ragu atau belum pernah beli saya silakan mencoba dulu. Kalau memang tidak enak, tidak usah bayar. Tapi, saya memberi tantangan. Kalau ternyata beneran enak, bayar dua kali,” ucap Dien, lalu tertawa.
Sejauh ini sih, dia belum menerima keluhan terkait makanan buatannya. Itulah yang membuat Dien percaya diri untuk terus membuka pesanan. Bahkan perempuan yang tinggal di kawasan Medokan Asri, Rungkut, itu sedang bereksperimen membuat English cake.
”Rasanya belum ketemu formula yang tepat. Kalau sudah dapat English cake versi Butter Bunch yang benar-benar pas, saya pasti akan mengunggahnya ke media sosial. Tinggal nunggu respons dan siap menjualnya,” pungkas Dien. (*)
Sumber: