Jangan Takut Beternak Kelinci Holland Lop, Begini Tipsnya
AMEG - Di saat ekonomi stagnan akibat pandemi, butuh kreatifitas untuk memilih bidang usaha. Halnya dilakukan Eko Sabdianto, memilih breeder kelinci spesialis Holland Lop.
Kelinci Holland Lop, memang sangat asing. Tidak banyak orang beternak kelinci ini. Jenis ini rentan mati. Butuh perawatan ekstra.
Bagi Eko Sapdianto, tidak ada kata sulit jika ingin berbisnis apa pun. Yang penting butuh serius dan tidak mudah putus asa.
Eko Sabdianto, memanfaatkan lahannya di Jalan Kelud, Gang Punden, RT 2, RW 11, Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Kota Batu untuk breeder kelinci jenis ini.
"Kelinci jenis Holland Lop berbeda karena jenis ini lebih mudah mati dan rentan stres jika tidak tahu cara merawatnya," tuturnya.
Founder KWB Rabbitry Indonesia ini, Jumat (4/6/2021), saat ditemui malangpost.com (grup ameg), sedang merawat kelinci. Satu per satu ia rawat dengan penuh perasaan.
Dian sapaan akrabnya mengungkapkan, beternak kelinci Holland Lop membutuhkan kesabaran ekstra.
"Kita belum bisa menikmati hasilnya hingga beternak setidaknya 4 bulan, bahkan setengah tahun. Karena kelinci bisa dipanen biasanya di usia 2,5 bulan-3 bulan, khususnya untuk kelinci jenis Holland Lop," ungkapnya di sela-sela kesibukannya membersihkan kandang kelinci.
Ia memberi tips agar kelinci Holland Lop ini idak cepat mati dan setres. "Salah satunya pakan yang tak kalah penting, karena jenis kelinci Holland Lop ini tidak boleh sembarangan diberikan pakan seperti kelinci jenis lain pada umumnya," katanya.
Dijelaskan, untuk pakan harus 80 persennya rumput kering jenis Timothy Hay, sisanya pelet khusus kelinci. Sebab, pencernaan kelinci tergolong sensitif, jika sembarangan memberikan pakan, alhasil kelinci akan mencret dan kembung yang berujung pada kematian.
Pun dengan kebersihan kandang, sirkulasi udara dan kebersihan kandang harus tetap terjaga dan selalu bersih dan kering, serta tidak lembab.
Selain itu yang tak kalah penting, sediakan air minum yang bersih dan tidak terkontaminasi dengan apapun. "Kelinci juga butuh minum, jika ada peternak yang mengatakan kelinci tak butuh minum, itu pendapat yang sangat keliru," tukasnya.
Soal pemasaran? Pria yang baru saja mengakhiri masa lajangnya ini menyebutkan, bahwa tidaklah sulit dalam hal pemasaran asalkan tahu peluang dan cara strategi pemasarannya.
Pemasarannya bisa melalui media sosial seperti, WhatsApp, Facebook maupun Instagram. Di medsos juga banyak sekali grup maupun komunitas kelinci se Indonesia. "Jadi, kita cukup memposting foto kelinci kita dan meninggalkan nomor WhatsApp yang bisa dihubungi," beber dia.
Berapa pendapatan setiap bulannya di situasi pandemi? Pria yang juga berprofesi sebagai jurnalis ini mengungkapkan, bahwa penjualan tergolong masih tetap stabil. Bahkan tak berpengaruh pandemi, karena pembeli didominasi rata-rata dari luar kota dan dari luar pulau.
Sumber: