Vaknus Bisa Sokong Kekurangan Vaksin Lain
Vaknus Bisa Sokong Kekurangan Vaksin Lain//judul besar
UNIVERSITAS Airlangga (Unair) menyatakan bahwa dukungan Prof Chairul Anwar Nidom terhadap penelitian Vaksin Nusantara (Vaknus) adalah pendapat pribadinya. Nidom, guru besar Biologi dan Molekuler, itu tidak sedang mengatasnamakan Unair.
Itu dinyatakan oleh Ketua Pusat Komunikasi dan Informasi Publik Unair Martha Kurnia Kusumawardani kemarin. Katanya, pernyataan Nidom di media terkait Vaknus tidak merepresentasikan Unair sebagai lembaga. Selain itu, Nidom juga bukan bagian dari tim peneliti Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Unair.
Memang, saat ini ada dua vaksin yang sedang dikembangkan di Indonesia. Vaksin Merah Putih diiniasi oleh Unair. Sedangkan Vaknus digagas oleh mantan menteri kesehatan Terawan Agus Putranto.
Vaknus itulah yang saat ini sedang menjadi buah bibir. Sebab, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan bahwa serangkaian uji coba terkait vaknus belum berizin. Tetapi, tidak sedikit akademisi yang membela vaknus. Termasuk Prof Nidom.
NidomKetua Tim Riset Professor Nidom Foundation, sendiri memang tidak pernah mengatasnamakan Unair. Ia justru heran mengapa kampusnya memberikan pernyataan seperti itu. ’’Apa karena saya diundang DPR? Atau karena pernyataan saya kepada media?”
Menurut Nidom, ia mendukung Vaknus karena potensi vaksin itu. Terutama dalam hal pengembangan teknologi medis. Vaknus memakai terknologi terbaru. Nah, itulah yang menimbulkan serangkaian persepsi di publik. Bahwa vaksin konvensional akan tergusur oleh Vaknus.
Nido jmuga tak yakin bahwa pandemi bisa diatasi hanya dengan vaksin konvensional. Sebab, sifat virus korona baru itu sangat khas. Bahkan, vaksin konvensional pun masih menyimpan problem. ’’Ada vaksin konvensional yang akhirnya ditarik dari peredaran. Nah, Vaknus bisa membantu menutupi masalah-masalah tersebut,’’ ucap Nidom seperti dirilis DI's Way.
Ia membenarkan bahwa dirinya memang tidak terlibat dalam penelitian Vaksin Merah Putih atau Vaknus. Walaupun, Nidom sejatinya punya kemampuan sangat mumpuni di bidang vaksinasi. Pada 2009-2010, ia menjadi tim peneliti vaksin flu burung. Juga vaksin untuk flu babi (H1N1).
Sejak awal 2020, Nidom sudah menaruh atensi terhadap pandemi. Ia pernah menyebutkan penggunaan emon-empon untuk meningkatkan imunitas tubuh. Terlebih, saat itu pengetahuan tentang pencegahan Covid-19 masih rendah.
’’ Semua pendapat saya terkait Covid-19 adalah wilayah otoritas pribadi saya. Yakni sebagai peneliti dan pemerhati pandemi Covid-19,” ujar penerima penghargaan publikasi terbanyak ke-2 Unair pada 2015 itu.
Sementara itu perkembangan Vaksin Merah Putih sudah mencapai tahap praklinis. Rektor Unair Prof M. Nasih mengatakan, proses penelitian vaksin itu masih pada tahap penyuntikan pada hewan besar. Itu dilakukan pada 9 April. Penyuntikan kedua masih menunggu 14 hari. Selama itu, tim peneliti masih mengikuti perkembangan hewan tersebut. Dan berdasar laporan, hewan yang disuntik itu masih sehat, lincah, dan bugar.
Sampai sekarang masih belum ada evaluasi tentang penyuntikan itu. Tim peneliti masih menunggu penyuntikan kedua. “Kalau sehari ambil kemudian besoknya ambil lagi kan laporannya jadi tidak bagus. Jadi memang harus bersabar dalam uji praklinis,” ujarnya.
Kata Nasih, uji klinis itu paling cepat akan rampung dalam tiga bulan. Setelah itu, penelitian akan masuk dalam tahap uji klinis. Ini, paling cepat, akan kelar dalam delapan bulan. Sehingga, pada awal tahun depan uji klinis tersebut akan komplet.
Sumber: