Pungli dan Daya Saing Ekspor

Pungli dan Daya Saing Ekspor

Dilanjut, banyak OTT pungli. Polri juga bersih-bersih internal. Banyak yang kena OTT.

Jokowi hari itu mengatakan: "Jangankan puluhan atau ratusan juta, Rp 10 ribu juga akan saya urus. Ini kan kecil-kecil tapi menjengkelkan, kecil-kecil meresahkan. Kecil-kecil tapi dari Sabang sampai Merauke. Ada di kantor-kantor, pelabuhan-pelabuhan, jalan-jalan dan lain-lain, ini kan bisa triliunan jadinya.”

Awal 2017 (sekitar dua bulan kemudian) Polri melakukan 1.201 OTT di berbagai wilayah. Jumlah tersangka 2.426 orang. Barang bukti diamankan, yaitu Rp 315,6 miliar.

Maksudnya, penangkapan ribuan tersangka pungli sudah pernah. Waktu itu mengagetkan. Setelah itu diam lagi. Pungli lagi. Buktinya, pekan lalu Jokowi memerintah Kapolri memberantas pungli lagi.

Dari situ, kelihatan bahwa sangat sulit mengentas kemiskinan rakyat. Barang ekspor dipalaki preman. Sehingga produk Indonesia tidak punya keunggulan komparatif di pasar global.

Bahkan, juga di pasar domestik. Orang tidak mungkin ”dipaksa” beli produk berkualitas tidak bagus dengan harga mahal (dibanding kompetitor: asing). Orang akan beli barang bagus dan murah. Walaupun impor.

Setelah kita kalah saing berkompetisi dengan asing, kita menyalahkan asing. Bagai buruk muka, cermin dibelah.

Pungli, premanisme, pelabuhan, daya saing global, kemiskinan rakyat, kemarahan rakyat memecah cermin, semua saling terkait. Dan, itu tugas Presiden Jokowi. Lalu, apa peran rakyat? (*)

Sumber: