Harga Gabah dan Beras Anjlok, Petani Situbondo Meradang

Harga Gabah dan Beras Anjlok, Petani Situbondo Meradang

AMEG - Sejumlah petani di Situbondo  meradang, ini akibat harga gabah anjlok  kisaran Rp3.800, -/ kilogram gabah kering sawah. 

Untuk harga beras giling, hanya dipatok Rp 7.500,-/kilogram saat terjual ke selep penggilingan padi.

Kondisi ini dirasakan sejumlah petani di Dusun Ardiwilis, Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, Situbondo. 

Jaksun, petani tradisional ini mengeluhkan anjloknya harga gabah sejak sebulan terakhir. 

Dikatakan, harga jual gabah kering ke selep maupun para pengepul, saat ini hanya Rp 3.800.- Sebelumnya minimal Rp 4.500,- sampai Rp 5.000,-/kilogram. 

"Ini jelas tak sebanding dengan biaya tanam dan perawatan hingga panen padi. Per kotak sawah, biayanya minimal Rp 1.500.000. Sementara saat panen  hanya terjual sama dengan biayanya. Bahkan ada yang tidak sampai. Jelas kami rugi,” kata Jaskun kepada ameg.id, Kamis (1/7/2021) siang ini. 

Ia mencoba menyelep sendiri sebagian panen padinya ke selep penggilingan. Namun lagi-lagi, harga jualnya hanya Rp 7.500 perkilogramnya. "Ini sangat merugikan petani,” paparnya ditemui saat panen di sawahnya.

Ia berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Situbondo, agar ikut memikirkan nasib para petani. Khususnya di masa pandemi Covid-19 saat ini. Sebab secara langsung para petani terdampak pandemi, hingga melemahnya ekonomi masyarakat. 

Apalagi saat ini, katanya banyak beras bantuan yang diturunkan pemerintah ke bawah. Kondisi itu jelas berpengaruh terhadap harga gabah dan beras dari hasil panen petani lokal. Bahkan dirinya sudah berkali-kali menyampaikan keluhannya itu kepada wakil rakyat di DPRD.

Suprapto, anggota DPRD Situbondo yang menerima keluhan para petani ini, berharap kehadiran Pemkab Situbondo, dalam hal ini Bupati Karna Suswandi, agar turun tangan ikut menstabilkan harga gabah padi. Terlebih, bisa memberikan bantuan untuk meringankan biaya garap sawah.

“Mulai dari bantuan bibit, pupuk hingga obat-obatan sangat dibutuhkan para petani. Sebab mereka juga terdampak pandemi Covid-19 saat ini. Bahkan daya beli masyarakat mulai melemah, akibat banyaknya bantuan sembako sejak dua tahun terakhir,” pungkasnya. (*) 

Sumber: