Harga Gabah dan Beras Anjlok, Ini Penjelasan DTPHP dan Bulog

Harga Gabah dan Beras Anjlok, Ini Penjelasan DTPHP dan Bulog

AMEG - Selain karena lockdown sejumlah daerah akibat pandemi Covid-19, juga stok beras di Bulog  terpenuhi untuk Tahun 2021.

Itulah tanggapan Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan (DTPHP) Situbondo, Sentot Sugiono, menjawab keluhan petani di Situbondo soal anjloknya gabah dan beras, sejak sebulan terakhir.

Dijelaskan, turunnya harga gabah dan beras memang terjadi dan terburuk tahun ini bagi petani. Salah satunya, karena dampak Covid-19 yang terjadi saat ini. 

"Karena itu  banyak daerah yang  berdampak kepada penjualan hasil panen beras kita tidak bisa terjual,” jelas Sentot Sugiono, usai Hearing bersama Komisi II DPRD Situbondo, juga dihadiri Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) dan pihak Bulog, Jumat (02/07/2021). 

Produksi pangan di Situbondo ini sudah lebih jika dibandingkan di bulan yang sama. Yakni, bulan Mei 2020  dan  bulan Mei 2021. Ada kenaikan 10 ribu ton. 

Tentunya, menurut Sentot, kalau lihat kondisi di lapangan panen pertama di  semester 1 ini belum ada yang keluar juga. Ditambah lagi panen kedua.

"Panen pertama belum terjual sudah ada tambahan panen kedua lagi. Sedangkan serapan di wilayah dimana regulasi gabah secara nasional juga terjadi penurunan,” paparnya.

Setelah pihaknya meninjau sejumlah tempat penggilingan padi, kondisi gabah masih menumpuk. Sementara modal mereka, selain pinjam di bank juga terbatas. "Inilah kondisi terburuk hingga merugikan petani dan pemilik selep juga,” ujarn Sentot. 

Menurutnya, setelah menindaklanjuti dan berkoordinasi dengan pihak Bulog, saat ini untuk membeli gabah  dari petani keuangan Bulog sendiri juga tidak ada. Meski sebelumnya, Maret 2021 pihaknya meminta Bulog membeli gabah dari petani dan disanggupi.

“Bahkan ketika target membeli 1000 ton ternyata terlampaui,  hingga Bulog mampu membeli 2100 ton. Saat ini, saya minta lagi Bulog untuk membeli gabah dari petani,  ternyata sudah angkat tangan karena keuangannya gak ada,” tukas Sentot, panggilan akrabnya.

Solusinya, kata Sentot, karena ini menjadi kasus nasional, pihaknya akan meminta petunjuk  Bupati Karna Suswandi, agar bisa memberikan pinjaman kepada selep-selep dengan bunga  ringan supaya bisa membeli gabah dari petani. 

Sementara itu, Rudi Prasetya, Kepala Sub Divre Bulog Bondowoso mengatakan, sejak awal sudah melakukan pengadaan di Situbondo, sejak akhir Februari sampai Mei 2021. Bahkan targetnya lebih besar dari DTPHP, yakni dari 1000 ton sudah mampu membeli 2100 ton. 

“Cuma  persoalannya di bulan Mei 2021, memang ada kendala, pengadaan kita terpaksa dihentikan karena stok menumpuk banyak. Sekarang masih ada sekitar 15.000 ton untuk persedian Situbondo dan Bondowoso,” lanjutnya, Jumat (02/07/2021) usai hearing di Gedung DPRD Situbondo.

Karenanya, pihaknya terpaksa menghentikan pengadaan setelah hasil keputusan rapat dengan pusat. Sebab itu tidak bagus untuk perusahaan. (*)

Sumber: