Ambisi Besar

Ambisi Besar

Dari mana?

"Pasti ada jalan keluar," begitulah keyakinan orang-orang yang punya ambisi besar.

"Kalau ada kemauan pasti ada jalan," mantra itu yang sering jadi ideologi.

"Kalau sudah kepepetpasti menemukan ide baru," itu jenis mantra yang lain.

Memang belum tahu dari mana kekurangan itu akan ditutup. Bahkan belum tahu juga dari mana uang untuk mengembalikan utang Rp 42 triliun itu.

Pendapatan jalan tol di Sumatera pasti masih rendah dan sangat rendah. Dan masih akan terus rendah sampai banyak tahun ke depan.

Jembatan Suramadu pun dulu juga begitu. Kalau pakai itung-itungan keuangan tidak akan pernah ada jembatan Surabaya-Madura itu.

Bukan main sulitnya cari uang saat itu. Sampai tertunda-tunda.

Suatu saat ada rombongan pejabat dan bank dari Tiongkok. Mereka datang ke Surabaya tidak tepat waktu. Hari Jumat. Pas tanggal merah pula. Tidak bisa bertemu pejabat siapa pun. Libur panjang semua.

Mereka menemui saya –yang tidak pernah libur. Saya antar mereka ke lokasi. Saya telepon gubernur yang lagi di luar kota. "Tolong layani mereka. Jawabkan seluruh pertanyaan mereka," ujar gubernur Jatim saat itu.

Saya bukan siapa-siapa waktu itu. Hanya pimpinan media di Surabaya. Saya hanya ingin jembatan itu jadi. Malam harinya saya jamu mereka makan malam.

Pun jalan tol Sumatera. Kelihatannya lebih pasti akan jadi daripada jembatan Suramadu di kala akhir pekan tanggal merah itu.

Saat ini sudah 530 km yang sudah jadi. Sudah beroperasi. Dari Bakauheni (Lampung) sampai Palembang. Ditambah 20-an km dari Medan ke Binjai. Lalu sekitar 60 km dari Medan ke Tebing Tinggi. Plussekitar 100 km dari Pekanbaru ke Dumai.

Yang tahun depan harus selesai sekitar 520 km. Kini sedang dikerjakan. Itulah yang saya sebut 1.100 km yang biayanya Rp 130 triliun tadi.

Dari mana kekurangan dana itu didapat?

Sumber: