Mencuri Ninja

Mencuri Ninja

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Kali ini lain: ninja yang turun tangan. Waktu yang diberikan kepada Cyber Ninjas pun panjang: sejak April tahun 2021.

Hasilnya baru keluar dua hari lalu: Trump kalah.

Tapi Cyber Ninjas tidak mengatakan begitu di laporan akhirnya. Yang dilaporkan adalah: perlunya penyempurnaan sistem Pilpres yang akan datang.

Hasil laporan Cyber Ninjas itu diberikan ke Senat yang memberinya kerja. Tapi beredar juga versi yang sudah ditukangi: Cyber Ninjas telah menemukan berbagai kecurangan sehingga sistem Pilpres mendatang harus disempurnakan.

Saya kagum pada dua-duanya: begitu gigih pihak Trump mempersoalkan hasil Pilpres. Tapi begitu jujur juga Pilpres di sana. Sampai pun diselidiki tingkat ninja tidak juga ditemukan kecurangan.

Padahal sebagian besar surat suara itu dikirim lewat pos. Kok ya jujur semua. Padahal surat suara yang mencurigakan itu sudah disisihkan. Dipilah. Dicocokkan dengan alamat, nomor penduduk sampai pun diselidiki nama orang tua mereka.

Jujur kok sampai segitunya.

Saya pun ingat perbuatan memalukan yang pernah saya lakukan di Amerika. Yang berhubungan dengan ketidakjujuran itu.

Kejadiannya 40-an tahun lalu.

Saya lagi belajar bahasa Inggris di Santa Barbara, pertengahan San Francisco - Los Angeles. Saya tinggal di rumah orang Amerika -kulit putih.

Kejadiannya sendiri di kelas -waktu belajar. Teman sekelas saya dari berbagai negara yang berbahasa non-Inggris.

Saya naik bus kota ke kelas itu. Hari itu saya tidak membawa buku atau kertas.

Ketika ada tugas menulis saya celingukan. Gurunya lagi keluar kelas. Saya lihat begitu banyak kertas di meja guru itu. Saya berdiri untuk mengambilnya satu lembar.

Saat mengambil kertas itulah guru saya masuk kelas. Ia berhenti. Seperti tertegun.

Matanya melihat saya. Tatapannya penuh keheranan.

Sumber: