Merah Putih
Yang mengejutkan: bahkan bukan pula Lembaga Eijkman. Yang sejak awal digadang-gadang sebagai yang paling maju dalam mempersiapkan vaksin Merah Putih.
Untungnya Lembaga Eijkman sudah meninggal dunia —di masa Covid-19 ini. Ia sudah dilebur ke dalam BRIN. Eijkman tidak perlu lagi merasa malu dikalahkan Unair.
Tentu banyak yang akan mencibir Unair: kok terlambat sekali. Kok baru sekarang bisa memasuki tahap uji coba pertama. Ketika vaksinasi sudah relatif merata.
Saya tidak ikut mencibir. Saya tahu persis: betapa sulitnya Unair mendapatkan pendanaan. Boleh dikata momentumnya kurang menguntungkan. Ketika Unair berada di tahap perlu dana riset, lembaga-lembaga riset kita lagi sibuk-sibuknya berproses melebur diri ke dalam satu lembaga: BRIN.
Bahwa akhirnya Unair berhasil mencapai tahap uji coba, rasanya sudah sangat hebat. Bahkan pasti ada yang kaget: lho, bisa jadi ya?
Tentu, kini, Unair menghadapi kesulitan di lapangan: siapa yang akan menjadi relawan uji coba. Khususnya dari kota Surabaya. Vaksinasi di Surabaya sudah mencapai di atas 115 persen. Tentu sulit mencari relawan Merah Putih.
Maka saya pun ikut lega ketika akhirnya muncul berita ini: Rektor Unair Mohammad Nasih sudah mendapat dukungan penuh dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Panglima akan mengerahkan anggota TNI dan keluarga: terutama mereka yang tinggal di Jatim.
Berarti, kalau BPOM meluluskannya, akhir tahun ini Unair melahirkan vaksin Covid pertama anak bangsa. Tentu ini prestasi universitas kita. Bukan doa agar Covid sabar menanti di Indonesia. (*)
Penulis: DAHLAN ISKAN, Sang Begawan Media.
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
Sumber: