Ekskavasi Lanjutan Situs Srigading Tentukan Areal Cagar Budaya
AMEG - Ekskavasi situs Srigading Lawang Kabupaten Malang, terus berlanjut pekan ini. Hasil penggalian situs di tahap ke-3 ini untuk memastikan areal cagar budaya yang harus dilindungi.
Pihak pengalola Museum Singhasari Kabupaten Malang menyatakan, upaya penyelamatan situs Srigading sudah dilakukan beberapa pekan sebelumnya.
"Ekskavasi untuk penyelamatan situs hampir 100 persen (selesai). Hasilnya, sudah ditemukan beberapa batuan, termasuk tiga arca," kata pamong pemeliharaan koleksi Museum Singhasari, Bangkit Marhaen.
Dari eksvakasi Situs Srigading ditemukan, relief terbuat dari batu bata berbentuk wajah, batu ambang pintu, batu relung dan lainnya.
Sejumlah batu temuan situs peninggalan sejarah di Srigading Lawang, kini disimpan di Museum Singhasari.
Sedangkan tiga arca sedang dilakukan restorasi di Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur. Tiga arca yang ditemukan di situs Srigading tersebut diketahui sebagai arca penjaga candi. Yakni, arca Mahakala dan Nandiswara serta arca Agastya.
Dijelaskan Bangkit, secara umum sementara sudah bisa diketahui, bahwa situs Srigading merupakan bekas bangunan candi peninggalan era Empu Sendok di masa Mataram kuno.
Menurutnya, dari temuan tiga arca, serta tumpukan batu bata, maka bisa digambarkan menyerupai struktur bangunan candi.
"Ya, tinggal disempurnakan layout dan kajian lanjutannya. Nantinya, ditentukan luasan arealnya sebagai kawasan cagar budaya yang harus dilindungi. Termasuk akses jalan yang dibutuhkan menuju situs ini," bebernya.
Sebelum dieksavasi BPCB Jatim, situs Srigading semula dikenal dengan sebutan cegumuk oleh warga sekitar, yang berarti sebuah gundukan.
Situs tersebut awal ditemukan sekitar tahun 1985 silam, dengan adanya yoni dan sejumlah arca yang berada di atas gundukan tersebut.
Dari struktur bekas bangunan di lokasi situs Srigading, dimungkinkan dulunya merupakan bangunan suci. Apalagi, selain struktur candi, juga ditemukan rembesan air di tanah yang diduga sebagai sumber air petirtaan.
Lahan tanah yang mengalai rembesan ini setidaknya ada 2 titik. Salah satunya, ditemukan di radius 200 meter dari lokasi situs yang diekskavasi. Akan tetapi, sumber air ini kini sudah tertutup tanah warga. (*)
Sumber: