Sanksi Isolasi
SUDAH tiga hari saya tidak bisa menghubungi kenalan di Kiev, ibu kota Ukraina. WA saya pun tidak dibalas. Bahkan tidak dibaca. Saya bisa menduga mereka sudah tidak di Ukraina lagi. Kartu telepon Kiev-nya tentu sudah tidak berfungsi lagi di area lain.
Saya masih berharap mereka mau kirim nomor baru ke saya. Dari mana pun tempat mereka yang baru. Tapi harapan itu tidak muncul pun sampai tadi malam.
Saya pun menelepon Sasha (Aleksandra Klintsevich) mahasiswi Belarusia yang kuliah di Universitas Teknologi Sumbawa (UTS): apakah sehari kemarin Sasha masih bisa menelepon teman-teman di Ukraina? Dan apakah mereka masih bisa menonton TV Ukraina?
Sasha menjawab: "Saya masih bisa menelepon mereka tadi. Mereka juga masih bisa menonton TV Ukraina."
Berarti Kiev masih terkontrol oleh tangan pemerintahan Presiden Zelenskyy.
Kemarin Anda sudah tahu: hari kedelapan perang di Ukraina. Masih datar-datar saja.
Kalau sampai hari ke-10 besok Kiev belum juga jatuh ke tangan Rusia apa yang akan terjadi?
Mungkin juga tidak terjadi pembalikan keadaan. Kelihatannya tidak akan ada bantuan militer dari luar Ukraina. Atau pun peralatan tempur yang canggih. Ukraina akan bertahan dengan apa yang ada. Inilah perang yang pihak penyerangnya tidak perlu kesusu. Penyerang seperti tidak takut pihak yang diserang sempat konsolidasi. Atau sempat terima bantuan yang hanya telat datang.
Amerika Serikat memang memberikan dukungan penuh pada Ukraina. Seperti yang ditegaskan Presiden Joe Biden di pidato kenegaraan tiga hari lalu. Tapi Amerika sudah pasti tidak akan mengirimkan pasukan ke Ukraina.
Kalau Amerika saja bersikap seperti itu berarti Inggris juga begitu. Apalagi Jerman. Lebih-lebih lagi Prancis.
Kini patriot Ukraina harus berjuang sendiri: bela negara tercinta. Tapi kekuatan Ukraina memang terbatas. Di kota-kota yang sudah ditaklukkan Rusia, tidak terjadi perlawanan yang sesungguhnya. Kota Kharkiv, Mariupol, dan Kherson sudah kosong dari tentara Ukraina. Kharkiv adalah kota terbesar kedua di Ukraina. Sekitar 500 Km di timur Kiev. Mariupol dan Kherson adalah dua kota pelabuhan di selatan. Dari Kherson pasukan Rusia akan menuju kota pelabuhan terbesar: Odesa.
Seharusnya, negara sekuat Rusia bisa menaklukkan Ukraina dalam satu atau dua hari. Kenyataannya, hari ke delapan lewat begitu saja. Odesa pun belum dimasuki. Apalagi Kiev.
Pengamat militer di Barat pun bertanya-tanya: mengapa begitu. Sudah pasti bukan karena perlawanan yang menakutkan. Memang banyak barikade dipasang di jalan-jalan masuk Kiev, tapi tumpukan pasir dan karung itu tidak ada artinya bagi tank Rusia.
Berarti Rusia memang tidak memilih cara perang kilat. Dan Barat memang lebih fokus pada serangan di bidang ekonomi. Barat akan melumpuhkan Rusia dari kekuatan ekonominya.
Sumber: