Tanah Air
Iskandar Micah
Salam sehat Abah… Mohon maaf koreksi, sepengetahuan saya akses pintu keluar tolnya adalah TERBANGGI BESAR bukan BARAT, ini jalur favorit saya kalau hendak ke Curup, kota kecil nan sejuk, tempat saya menitipkan anak saya sekolah di SMAN 1 Curup. Sangat terasa perkembangan kemajuan kotanya, pelan tapi pasti, dibandingkan dengan kota kelahiran saya, Pandeglang, yang hanya 1.5 jam dari Jakarta, yang kalau diperhatikan kotanya segitu gitu aja. Abah dan jama'ah Disway sudah tahu, padahal Pandeglang adalah salah satu tempatnya wisata religi (ziarah) karena banyak makam para wali. Di Bengkulu jangan lupa makan sayur Rotan muda yaa Bah, makanan (gule) khas Padang Guci. .. Maknyus Bah.
Amat Kaselanovic
Pak Hariyanto perusuh Disway ya Om Jo. Soalnya mata beliau lebih tajam daripada mata saya. Saya agak kurang jelas membaca tulisan di foto baju, makanya perlu nge-zoom dulu. Itu pun kadang masih terlihat samar tulisannya. Xixixixixixixi
Leong Putu
Terpaksa buka Disway lewat web. Mata saya sedikit ada gangguan. Kurang jelas melihat yang warna kuning tersebut. Kalau lewat web bisa di zoom. Saya kira yang warna kuning itu Banner iklan jamu. Ternyata iklan susu…. Makanya mata saya langsung seger.
Disway 17087049 Rijal
Dua bulan lalu, kami sekeluarga dari Jambi pulkam ke tempat istri di trans subur, muara rupit, Kab Musi Rawas Utara. Lanjut liburan ke pantai Bengkulu. Benar kata Abah. Jalan dari Curup apalagi masuk Kepahiang, jalannya bikin mabuk kepayang. Di bandingkan dengan Kerinci, lebih nyaman ke Kerinci, jalannya lebih lebar aman dan nyaman. Salam Sehat untuk Abah selalu.
Mirza Mirwan
Sejauh yg. saya perhatikan, sejak kemunculan Teh CuNur tak pernah ada komentar Teteh yg. berpotensi menyinggung pembaca lain. Tetapi bila benar Teteh mau undur diri -- tak lagi menulis komentar -- itu baik juga. Saya sendiri juga kadang libur, bisa seminggu, bisa sebulan, bisa beberapa bulan. Tergantung kesibukan saya. Teteh sepertinya membaca semua komentar. Kalau saya membacanya secara acak. Karena sudah hafal siapa komentarnya seperti apa. Yang biasa komentar sampah, pasti saya lewati. Masih mending komentar yang sebenarnya "meaningless" tetapi cukup menghibur. Itu masih saya baca. Harapan saya, sih, Teteh masih menulis komentar sesekali. Kalaupun tidak, ya, nggak pa-pa. Fokus pada pekerjaan dan keluarga memang lebih baik, kok. Kiranya Allah selalu memberkati Teteh sekeluarga. Aamiin.
Er Gham
Tahun 2010 saya pernah mampir ke Baturaja. Sopir kantor sudah ketar ketir dan mengingatkan agar jam 4 sore sudah berangkat kembali dari Baturaja ke Palembang. Tapi sampai jam 4.30 sore, kami belum berangkat juga. Sopirnya semakin khawatir. Dia merokok terus menerus. Orang cabang juga sudah minta kami menginap saja semalam di Baturaja. Akhirnya sore jam 5 kurang kami berangkat. Sopirnya bawa mobil seperti kesetanan. Padahal tidak semua jalan mulus. Anda seperti mengikuti rally melewati perkebunan. Apalagi jalan begitu gelap saat melintasi kebun karet. Tidak satupun mobil ada dari arah Prabumulih ke Batujajar. Di tengah jalan, kami menemui 1 mobil yang juga bergerak seperti kesetanan. Tapi bisa kami dekati dan akhirnya seperti konvoy 2 mobil karena begitu berdekatan. Jalan begitu sepi. Sampai di Prabumulih, sopir mulai tenang. Saya baru tahu ternyata jalur itu memang rawan saat itu.
Ki Mertani
Baturaja; kingstone. Prabumulih: kingback. Pagaralam; naturegate
Liam
Sumber: