Adu Big Data yang Sama-sama Zonk
Dilanjut: "Maka bisa sinergi. Sampai ke bawah dan bagaimana kemudian sebagai parpol, kami bisa bersama NU menjaga NKRI. Didasarkan nilai-nilai Pancasila yang kami implementasikan ke seluruh lubuk hati rakyat Indonesia."
Kunjungan Puan disambut Ketua PBNU, Yahya Cholil Staquf. Lalu, apa kata Gus Yahya?
Gus Yahya: "Karena NU ini kan rakyat, dan Bu Puan ini Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. Sehingga ada banyak hal yang ke depan bisa kita upayakan bersama untuk memecahkan masalah bersama yang dihadapi oleh khalayak kita."
Hanya simbol-simbol. Bahasa simbol. Kalau bahasa Puan menyimbolkan "wong cilik", sedangkan Gus Yahya, "khalayak kita". Seragam makna.
Soal wacana tunda Pemilu, bukan istimewa. Biasa. Sudah sering terjadi. Dalam sejarah Indonesia, sudah dua kali penundaan Pemilu.
Sejarawan dan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Asvi Warman Adam, mengisahkan, penundaan Pemilu dilakukan di awal masa Orde Baru, 1968.
Asvi: “Kan, Soeharto baru jadi presiden penuh pada Maret 1968. Sebelumnya, 1967, ia penjabat presiden. Sedangkan untuk menyelenggarakan Pemilu bulan Juli 1968, dirasa terlalu singkat dari Maret, ia merasa tidak siap. Jadi diundur tahun 1971."
Padahal, Jenderal TNI (Purn) Abdul Haris Nasution, yang saat itu Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), telah membuat ketetapan pada 5 Juli 1966.
Isi Pasal 1 Ketetapan MPRS Nomor XI/MPRS/1966 itu, begini:
"Pemilihan umum yang bersifat langsung, umum, bebas, dan rahasia diselenggarakan dengan pungutan suara selambat-lambatnya pada tanggal 5 Juli 1968."
Ternyata Pemilu digelar 5 Juli 1971. Atau, setahun lebih setelah Presiden RI Soekarno meninggal dunia, 21 Juni 1970.
Pemenangnya Partai Golkar. Mendominasi DPR, perolehan kursi 62,80 persen. Soeharto dipilih oleh MPR menjadi Presiden RI.
Berikutnya, Pakar hukum tata negara Bivitri Susanti, menuturkan, sesuai peraturan, Pemilu digelar lima tahun sekali. Dari Pemilu 5 Juli 1971, semestinya Pemilu berikutnya tahun 1976.
Ternyata tidak. Dimundurkan lagi oleh Presiden Soeharto. Ke Pemilu serentak 2 Mei 1977. Memilih anggota DPR dan DPRD. Lengkap, dua kali ditunda.
Penetapan tanggal Pemilu, mah… soal biasa. Yang penting, simbol.
Sumber: