Warga Binaan Lapas Malang Olah Limbah Jadi Maggot

Warga Binaan Lapas Malang Olah Limbah Jadi Maggot

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

AMEG - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Malang, Jawa Timur, melakukan inovasi budi daya maggot memanfaatkan limbah dalam lingkungan lapas.

Budi daya naggot milik Lapas Kelas I Malang ini mampu memproduksi maggot menjadi berbagai macam varian, salah satunya maggot kering dan diproduksi dalam bentuk pelet pakan ikan.

Sucipto, salah satu warga binaan yang ikut budi daya maggot menjelaskan, pembuatan maggot cukup mudah dan harganya lebih mahal daripada maggot basah.

Maggot kering diproduksi dengan cara dijemur atau dimasak menggunakan arang dan pasir. Penjemuran memakan waktu 2 sampai 3 hari sampai maggot tersebut benar-benar kering.

Untuk menghasilkan maggot, yakni maggot hidup direbus. Setelah itu digoreng dengan arang dan pasir.

Pasir harus dicuci bersih. Setelah aoi arang siap, pasir dimasukkan ke dalam alat penggorengan beserta maggot kering.

“ Memasaknya harus dengan cara dibolak-balik, agar maggot tidak gosong, kalau gosong tidak dapat dipakai, juga tidak dapat dijadikan pelet maupun pakan hewan,” tutur Sucipto.

Maggot siap dipasarkan.

Setelah kering dan kadar air habis, maggot siap dipacking dan dipasaran. Harga 1 kilogram maggot kering mencapai Rp 45ribu sampai Rp 60ribu perkilo. Pembelnya dari kalangan peternak hewan, ikan dan unggas.

Kalapas Kelas I Malang. RB Danang Yudiawan mengatakan,
Inovasi tiada henti sudah menjadi motto lapas, khususnya dalam unit kegiatan kerja yang erat kaitannya dengan pembinaan warga binaan.

"Dengan WBP yang terampil maka Lapas Kelas I Malang mampu mencetak WBP yang bermutu,” ujar RB Danang Yudiawan. (*)

Sumber: