Demo Armando

Demo Armando

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Di zaman medsos siapa pun mudah dibuat tidak satu kata dan satu kegiatan. Kelompok mahasiswa pun sudah terpecah-pecah. Mahasiswa Universitas Indonesia, misalnya, tidak berada di kelompok yang bergerak ini.

Tingginya popularitas Ade Armando sekarang ini tidak mustahil membuatnya sebagai tokoh politik tidak lama lagi. Apalagi ia sudah punya bendera sendiri —yang baru saya ketahui dari tulisan di kausnya kemarin: PIS (Pergerakan Indonesia untuk Semua).

Siapa tahu kelak PIS —baca peace— jadi partai politik. Setidaknya bisa jadi ormas untuk mendukung satu partai politik.

Spirit untuk ke sana mestinya besar. Agar Ade bisa melakukan perubahan bangsa lewat kekuasaan.

Ade Armando sebelum babak belur dianiaya pendemo (Foto: MPI)

Ia tentu punya 'dendam' untuk membuat bangsanya tidak seperti masa kecilnya: miskin dan terkucilkan.

Miskin karena orang tuanya harus kehilangan pekerjaan sebagai tentara. Sebenarnya pangkat bapaknya lumayan: mayor. Jabatannya juga lumayan: atase militer di dua negara ASEAN.

Tapi Sang Ayah harus diberhentikan setelah terjadi G-30-S/PKI di tahun 1965. Mungkin dianggap terlalu Sukarnois —yang harus dibersihkan oleh Orde Baru.

Keluarga ini sampai harus merantau ke Malaysia untuk mencari penghidupan.

Di Malaysia Ade-kecil merasa dihina-hina. Ia tidak bisa bahasa Inggris. Itu yang membuatnya dendam sehingga akhirnya gigih belajar bahasa itu. Bahkan setelah lulus UI, Ade kuliah S-2 di Amerika, di University of Florida —yang kampusnya antara Orlando dan Atlanta. Lalu kembali ke UI meraih gelar doktornya.

Sang ayah sebenarnya ingin Ade jadi diplomat. Ade pilih jadi dosen komunikasi di UI —antara lain pernah mengajarkan mata kuliah global communication.

Sebagai dosen, Ade disenangi mahasiswa. Cara mengajarnya pun sangat baik. Ilmu yang diajarkan juga sangat up-to-date.

Berapa nilai Ade sebagai dosen —skala 1 sampai 10?

"Bisa di skala 9," kata dosen di sana. "Mungkin ia hanya kalah oleh Rocky Gerung," tambahnya. (*)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Kembali S & N

Sumber: