99,2 Persen

99,2 Persen

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

daeng romli
Klo senyum dr Terawan adalah bukan senyum yg menantang, senyum yg sinis atau senyum yg dimencep mencepkan. Ini ada guyonan suroboyoan antara Cak Sontolowo dgn Cak Kartolo : Sontolowo : Bojoku iku wonge sume, ketemu sopo ae mesem Kartolo : Lah iku lak apik seh cak….. Sontolowo : Iyo seh, tapi suwe2 tak sawang iku dudu mergo bojoku sume Kartolo : Lah terus mergo opo cak…. Sontolowo : Bareng tak gathekno, tibak e lambene bojoku cupet….. Kartolo : wakakakaka wes ngono ae Bah Salam
sehat….

Pax Politica
Biasanya orang yang tidak punya kepentingan lebih mudah tersenyum dalam tekanan karena mereka bisa dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Namun orang dengan kepentingan akan sulit tersenyum dalam tekanan karena mereka terlalu sibuk melawan terpaan badai yang menghambat arah yang ingin dicapai.

Fauzan Samsuri
Apa arti senyumnya p. Terawan yang tahu pasti ya p. Terawan sendiri, tapi kalau ada orang yang berbuat baik tidak peduli dibilang apa, dalam agama Islam termasuk kategori ikhlas yang ciri-cirinya ada tiga; 1. Menganggap sama pujian dan celaan dari manusia pada umumnya, 2. Melupakan perbuatan dari amal-amal baiknya, 3. Hanya berharap ganjaran akhirat (dari Dzun Nun dalam kitab At Tibyan karangan Imam Nawawi)

thamrindahlan
134 Selamat petang Menyambung # 28 koment pada urutan sahur dibawah fokus ke judul senyum tenang. Seandainya tidak bisa mengikuti 40 hari 40 malam untuk memastikan ke asli an kepribadian seseorang maka bisa ditempuh cara ke -2. Cara kedua itu adalah bertanya dari hati kehati kepada 5 orang. Mereka adalah orang terdekat yaitu istri/suami, ajudan, sopir dan pengawal serta sekretaris sekiranya Beliau itu pejabat. Anda Akan Tahu bagaimana perilaku pak bos terutama terkait senyum tenang itu. Salamsalaman

Liam Then
Ringkasan kronologis peristiwa : "Itu hanya DSA" *Senyum. "DSA itu teknik ini,ini,ini bukan pengobatan." *Senyum "Sini jelaskan tekniknya" *Senyum "Pak Presiden, orang ini tidak tepat jadi menteri kesehatan" Diam ,eh senyum lagi *Covid datang* Jadi kursi kosong Di berhentikan jadi menteri Tetap Senyum *Di berhentikan jadi anggota IDI *Masih Senyum* Gak bisa praktek Senyum ajaaaa Aduh aduh aduh…Dr.T …saya jadi mau lihat kalo Dr.T sakit gigi, senyum nya gimana.

LiangYangAn 梁楊安
Pertanyaan seputar masalah ini masih saja menggelitik hati saya. Mengapa pihak-pihak yang terkait tidak menerima "terobosan yang dilakukan dr.Terawan" ?? Kalaupun metode dr.Terawan perlu penyempurnaan, ini adalah momentum yang sangat baik dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan khususnya di Bidang Kedokteran. Saya jadi teringat akan kisah Si Genius Albert Einstein. Apakah Einstein selalu tepat dan benar dalam Teori Fisika ?? Jawabannya "Anda Sudah Tahu" (haha… pinjam ya Pakde Dahlan Iskan) ; ada
cukup banyak kekeliruan Sang Genius di dalam Teori Relativitas yang di-teori-kannya, khususnya yang menyangkut Mekanika Kuantum, Konstanta Kosmologis, dlsb. Apakah dengan kekeliruannya tersebut lantas Einstein "dipecat sebagai Fisikawan" ?? Anda juga Sudah Tahu jawabannya : Tidak. Justru Kekeliruan Einstein tersebut (Ke-tidak sempurna- an) dalam Teori Relativitasnya menjadi landasan Fisikawan-Fisikawan yang lain untuk melakukan Riset yang masif, sehingga terjadilah kemajuan Science dan Technology yang berkaitan dengan Teori yang pada awalnya tidak sempurna tersebut. Terapannya pun kita rasakan manfaatnya saat ini, seperti Internet, GPS, dlsb. Sayang sekali… hal tersebut di atas tidak terjadi di sini, bahkan tersirat seolah-olah "hei… dr Terawan anda keliru !! stop atau dipecat !!" Tanpa ada terobosan (rintisan), maka kita hanya akan berkutat di satu titik, titik stagnasi.

Liam Then
"Sudah konsultasi ke dokter?" "Sudah" "Kapan" "Kemarin" "Dimana?" "Online" #lagitren

Pryadi Satriana
"Jawabnya selalu sama: saya ini hanya ingin menolong orang." Ngomong2 ttg dokter yg menolong orang, saya teringat drg. Endang Witarsa - panggilan akrabnya Dokter Sun Yu.
Ayah saya cukup dekat dg Dokter Sun Yu, yg melatih ayah waktu merumput di Persija, juga PSSI, sebelum hijrah ke Malang. Kepada pasien yg tidak mampu, Dokter Sun Yu tidak memungut biaya jasa, malah memberi uang. Hati Dokter Sun Yu gampang tersentuh, gampang menolong orang, secara spontan. Pernah suatu kali Dokter Sun Yu & ayah naik becak. Becak dihentikan seseorang. Ditodong. Dokter Sun Yu diminta dompetnya. Diberikan. Waktu penodong pergi justru dipanggil. Arloji Dokter Sun Yu malah diberikan. Merk Rolex. Ayah saya melongo. "Kasihan, dari matanya saya tahu ia orang susah. Ia nodong karena terpaksa," kata Dokter Sun Yu. Itu cara menolong Dokter Sun Yu. Bagaimana dg Dokter Terawan - yg izin praktiknya masih sekitar dua tahunan, apa yg dimaksud beliau dg "hanya ingin menolong orang"? Apa pasien tak mampu digratiskan DSA, krn beliau sudah kuuaya raya? Apa bisa "mbayar pake kartu BPJS"? Apa Abah mau menanyakannya ke Dokter Terawan? Atau Abah justru malu untuk menanyakan "pertanyaan bodoh" tersebut? Saya kepo,"Pernahkan Dokter Terawan menggratiskan DSA kepada pasien yg datang, sekali saja?" Sehat selalu. Salam. Rahayu.

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Sumber: