Tabrak Ibu Tewas di Mojokerto dalam Kajian Psikologi
Polisi tidak menetapkan Gray sebagai tersangka. Gray hanya dimintai keterangan di kantor polisi, lalu bebas pergi. Bebas dari hukum.
Gray menghabiskan seminggu di dalam kamar apartemen. Dia hanya keluar untuk makan. “Saya mengalami, apa yang sekarang saya anggap sebagai halusinasi,” kata Gray kepada Reporter.
Halusinasi macam apakah? “Saya mendengar suara ini, dengan sangat jelas, mengatakan: Kamu mengambil seorang putra dari ibunya. Dan hukumanmu adalah, kamu tidak akan pernah bisa punya anak sendiri."
Gray, yang mahasiswi pasca-sarjana bidang Psikologi Klinis, kemudian diterapi psikiater. Untuk memulihkan suara-suara (halusinasi) yang muncul itu. Terapi selama dua tahun.
Dia masih nyetir mobil. Tapi, kadang mendadak ngerem. "Saya seperti melihat sesosok anak laki, rambut pirang. Menyeberang mendadak. Jadinya, mobil saya ditabrak mobil lain dari belakang."
Karena kejadian begitu sering, maka dia memutuskan tidak menyetir mobil lagi.
Bumi terus berputar pada porosnya. Hari berlalu, kehidupan Gray berlanjut. Dia menikah. Bertahun-tahun tanpa anak, walau mereka menginginkan kehadiran anak. Akhirnya mereka bercerai.
Gray menceritakan kisah 40 tahun itu (1977 sampai dimuat koran 2017) tanpa penyesalan. Karena dia tahu, bahwa kejadian itu bukan salah dia. Walaupun kejadian itu lengket selama 40 tahun di memori otak.
Soal dia tidak punya anak, meski dia dan suami menginginkan, juga tidak disesali. Ia berusaha keras tidak mengaitkan kodrat tersebut atas halusinasi, bahwa dia 'diancam' tidak akan punya anak sendiri seumur hidup.
Tidak. Gray tidak mengaitkan kondisi dengan halusinasi. Ia berusaha keras melupakan kejadian tersebut, termasuk halusinasinya. Tapi, dia mengakui, bahwa usaha dia tidaklah gampang.
Gray tidak menjelaskan, apakah tidak gampang melupakan itu berarti sampai 2017 dia masih dihantui peristiwa tersebut. Tidak dijelaskan. Tapi dari kata-kata dia, tampak bahwa kejadian lama masih menghantui.
Kisah Gray, menabrak orang lain. Bukan anggota keluarga.
Lalu, bagaimana dengan Agus Wahyudi? Bagaimana dengan peristiwa serupa menimpa orang lain? Apakah perlu terapi seperti Gray?
Meski kisah-kisah nyata itu bukan disengaja, tapi itu bisa dijadikan bahan pelajaran masyarakat. Ketika mengemudi di jalan raya. (*)
Sumber: