Sehari 2 Kasus: Polisi Ditombak dan Sungkem
Kasatreskrim Polres Muna, Iptu Astaman Rifaldy, komandan tim penangkap LD, mendekati LD. Menyalami. Lantas, Astaman tunduk, sungkem kepada LD. Sujud, mencium tangan LD.
Anehnya, LD dengan kedua tangan terborgol di depan, menerima sungkem Astaman. LD tidak kelihatan kaget. Justru wajahnya tampak memelas, sedih, sambil menepuk punggung Astaman.
Polisi dan wartawan heran memandang kejadian itu. Ada suasana haru, tapi semua orang tidak mengerti, apa maksud Astaman.
Usai sungkem, Astaman bicara kepada semua orang:
"Saya minta maaf kepada LD, juga kepada seluruh keluarga besar dia, karena saya harus menangkap LD. Ia ini kerabat saya. Kakek saya dan neneknya, kakak beradik. Jadi, saya minta maaf kepada dia dan seluruh keluarga besar kami di Buton Tengah (Sultra)."
Wajah perwira polisi itu kelihatan terharu, saat mengucapkan itu. Kemudian nada suaranya berubah:
"Tapi, saya sebagai anggota Polri harus menegakkan hukum. Walaupun keluarga saya sendiri, terpaksa harus kami tangkap."
Astaman mengakhiri: "Walaupun langit runtuh, hukum tetap harus ditegakkan."
Ia menyitir adagium hukum: "Fiat justitia ruat caelum". Artinya: Hendaklah keadilan ditegakkan walaupun langit akan runtuh.
Dari dua kasus itu, tampak berat tugas polisi. Baik fisik maupun psikis. Jangan gampang mengkritik polisi, jika Anda belum pernah jadi polisi. (*)
Sumber: