Studi Kasus Wanda Hamidah

Studi Kasus Wanda Hamidah

Disebut: "Pada hari anak-anak tiba di rumah ibu, mereka mungkin selalu emosional. Bahkan mengamuk, meledak-ledak, tanpa sebab yang jelas. Anak masuk kamar, lantas menutup pintu. Menolak jika diajak bicara.

Mengapa mereka melakukan ini? Mereka mungkin menguji Anda untuk melihat, apakah Anda kuat dan mantap.

Mereka mungkin telah menyimpan emosi ke orang tua yang lain (ayah) dan sekarang melepaskannya dengan ibu.

Mereka mungkin mengekspresikan kemarahan mereka pada gangguan dalam hidup mereka dan keinginan mereka agar Anda kembali bersama sebagai sebuah keluarga.

Pincus: "Terkadang anak-anak bikin gara-gara dengan sengaja. Karena mereka selalu berharap, orang tua mereka akan berkumpul lagi. Walaupun akhirnya mereka sadar, bahwa aitu tidak mungkin terjadi."

Di kasus Wanda-Daniel, itu belum terjadi. Sebab anak mereka, Malakai belum berusia dua tahun. Masih terlalu kecil. Di kasus ini cenderung rebutan mengasuh antar ortu.

Daniel kepada polisi mengatakan, Malakai kini masih tinggal bersamanya di Cinere. "Sebab, ia trauma, takut pada ibunya, saat ia melihat ibunya marah-marah dan merusak rumah."

Daniel kepada wartawan megatakan: "Saya mau balikin Malakai (ke Wanda), asal anaknya mau ya. Pihak polisi sempat tanya, 'Malakai mau pulang sama ibu atau Malakai mau di sini?' Malakai bilang, Malakai takut sama ibu. Malakai tidak mau balik ke sana. Dia mau stay sama saya, jadi saya sebagai ayah harus melindungi anak."

Dari situ kelihatan, bahwa kasus ini tidak sederhana. Menyangkut anak yang belum mengerti arti perceraian ortu. Dan, ini jadi pelajaran berharga buat masyarakat. (*)

Sumber: