Upper Cut Mike Tyson di Jalan Tol Tebet
Setiap hari ngantor, A selalu direpotkan di jalan tersebut. Nah, hari itu, kejadiannya begini:
A tiba di 'titik sulit" itu, melihat ada sebuah mobil dari arah samping kirinya. Tapi A memperkirakan, ia masih keburu untuk masuk, lalu menikung ke kanan. Maka, ia lakukan. Aman. Tidak ada masalah.
Tapi, setelah A tiba di jalur kanan, sebuah mobil di belakangnya menggencet klakson bertubi-tubi. Klakson di Amerika dilarang digunakan, jika tidak benar-benar perlu.
Menanggapi klakson bertalu-talu itu, A menepikan mobilnya. Lantas berhenti. Ternyata mobil di belakangnya ikut menepi, berhenti di belakang mobil A. Pengemudi mobil belakang, pria membuka kaca mobil, mengacungkan jari tengah (tanda memaki).
A termenung di mobilnya. Ia memegang handel pintu, hendak keluar. Tapi, kemudian ia batalkan. Ia tetap di dalam mobil. Selama sekitar lima menit, dua pemobil saling diam.
Lantas, mobil belakang berangkat lagi. Kali ini membuka kaca samping kiri, agar bisa melihat wajah A. Mobil itu lalu mendahului A, sambil memaki-maki A.
Sejenak, A berniat mengejarnya. Tapi kemudian dibatalkan juga. Akhirnya A stress, mendatangi psikoanalis Dr Schwartz.
Menurut Schwartz, tindak A sudah benar. Seumpama ia keluar mobil, hampir pasti terjadi perkelahian. Dan, di Amerika perkelahian lazim menggunakan pistol. "Tapi, A membayarnya dengan stress," tulis Schwartz.
Dalam Bahasa Jawa, 'mangkel agawe mrengkel'. Atau jengkel, menimbulkan rasa nyesek di dada. Akhirnya stress.
Dr Schwartz menyarankan, semua orang tirulah A. Demi menghindari bahaya. Sebab, harga stress lebih murah dibanding tindak kekersan. Sedangkan, tindak kekerasan bisa ke pembunuhan. Dan, pembunuhan (di Amerika) bakal berakhir di kursi listrik (hukuman mati). Maka, ia anjurkan:
"Pertama, setiap orang harus berkonsentrasi pada mengemudi mereka sendiri. Bukan pada orang lain. Selain itu, semua orang harus menyadari bahwa apa pun yang terjadi di jalan, itu bukan urusan pribadi. Melainkan dampak kondisi kemacetan lalu lintas."
Tips Dr Schwartz ada dua:
1.) Apakah benar-benar layak untuk keluar dari mobil, atau melakukan tindakan berbahaya lainnya?
2.) Renungkan, apa kira-kira konsekuensi seandainya mengambil tindakan di situasi begitu?
Artinya, orang tidak boleh menyerah pada dorongan emosi mereka. Dalam kondisi apa pun. Meski sebelumnya orang itu sudah diliputi stress oleh masalah lain.
Sumber: