Arus Eril
Ia dapatkan beasiswa itu. Di Amerika. Sekaligus bisa magang. Tujuan magang itu dua: cari pengalaman langsung dan mendapatkan gaji.
Eril lahir di New York ketika RK dalam status magang itu. Tapi kantor magangnya lagi mengurangi tenaga kerja. RK terkena PHK justru ketika istrinya akan melahirkan Eril.
Di Amerika, RK mendalami perencanaan kota. Ia lantas bekerja di perusahaan arsitek di Hong Kong. Saat itulah RK sering ke Tiongkok. Ia ikut merancang banyak proyek di berbagai kota di Tiongkok.
RK punya karya arsitektur sangat banyak. Sering juga memenangkan penghargaan. Arsitektur masjid-masjid yang ia rancang sangat kontemporer. Saya juga sempat mendapat jasanya: ia merancang hotel bintang lima milik BUMN di Nusa Dua, Bali. Bagus sekali. Hotel Inaya.
RK tidak hanya merancang untuk orang lain. Rumahnya sendiri, di Bandung, menjadi icon kota itu. "Rumah Botol" ujar orang Bandung.
Pagar rumah itu terbuat dari ribuan botol kaca.
Eril memilih tinggal di rumah itu ketika orang tua mereka pindah ke rumah dinas gubernur Jabar. Eril ingin mandiri. Ia punya usaha kecil-kecilan. Salah satunya: menyewakan mobil VW untuk pengantin. Kadang ia sendiri yang menjadi sopirnya.
Eril tidak mengikuti jejak bapaknya sebagai arsitek. Tapi ia ikut cara sang ayah untuk melanjutkan pendidikan. Ia ke Swiss antara lain untuk mencari beasiswa S-2. Ia akan berhasil –seandainya tidak tenggelam pagi itu. Sudah garis tangannya: lahir di Amerika, meninggal di Eropa. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Stres Lois
Lukman bin Saleh
Selamat jalan dr. Lois. Selamat beristirahat. Semoga tenang d sana. Untuk kita yg masih hidup-entah sampai kapan. Semoga ini mengingatkan kita kembali bahwa kanker serviks adalah penyebab kematian no. 2 wanita d Indonesia. Sekitar 7.000 wanita meninggal pertahun krn kanker ini. Ini tdk boleh d biarkan. Kita sama2 bersuara agar diadakan vaksin pencegah kanker serviks secara intensif. Meski tak seintensif vaksin Covid. Tp angka 7.000 per tahun itu tdk boleh kita abaikan. Mereka terlalu berharga bg para suami dan anak2nya…
Suwito Intarso
Covid 19 memunculkan tokoh-tokoh fenomenal seperti dokter Terawan, dokter hewan Indro, dokter Lois. Mereka berani berbeda dengan prinsip yang diyakininya. Dan akan selalu ada orang-orang seperti itu di setiap peristiwa.
Robban Batang
Waktu itu, ada lebih dari lima Wey A Grup yang terdapat postingan video podcast Bu dr Lois dengan Babeh Ali Ridha. Dari grup RT ,grup alumni sekolah sampai grup pengajian.Hanya grup alumni TK yang tidak ada .Tidak ada yang posting di sana karena grupnya saja tidak ada. [[[ space untuk : emoticon wajah ditutup tangan karena tersipu,dan lima gambar tangan tertangkap,maksudnya punten,maaf,just kidding]]] Yang posting,dari yang cerewet komen sampai yang lama tidak pernah komen.Dari grup yang biasa rame sampai grup yang nyaris hilang karena tertumpuk postingan baru . Ada yang sedikit komen,"benarkah seperti itu", "benar juga ya", ada juga yang langsung komen"Hoax",tanpa cuih. Tapi lebih banyak yang berlalu begitu saja tanpa komen. Dari banyak yang posting seolah banyak yang setuju dengan pendapat dr.Lois.Entah semua pendapatnya entah hanya beberapa poin saja.Dan banyak yang tanpa komen seolah membenarkan atau juga malah bingung,"benar juga ya"tapi koq berita yang beredar di media ,sosmed sampai rasan-rasan di warung,arisan,pengajian,tongkrongan di perempatan dll koq seperti itu. Koq ada juga tetangga bahkan saudara yang konon kena Corona .Bahkan sampai meninggalnya pun tak boleh ada yang melayat.
Sumber: