Pembunuh Sadis di Tangsel Terlacak Sinyal

Pembunuh Sadis di Tangsel Terlacak Sinyal

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Wayne Petherick, dalam bukunya: "The Psychology of Criminal and Antisocial Behavior" (2017) menyatakan, mayoritas pembunuh adalah orang dekat korban. Atau setidaknya, orang yang dikenal korban.

Pembunuhan, yang antara pelaku dengan korban tidak saling kenal, sangat jarang. Di antara yang jarang itu adalah pembunuhan bermotif ekonomi, atau perampokan. Antara korban dengan perampok tidak saling kenal.

Atau, pembunuhan yang dilakukan pembunuh yang sakit jiwa. Bisa beragam. Ada sosiopat (jenis gangguan kepribadian yang perilaku dan pola pikir antisosial). Atau kanibalisme. Gila dan sadis.

Pembunuhan di Tangsel, jenis perampokan. Antara korban dengan tersangka tidak saling kenal, cocok seperti teori Wayne Petherick.

Penangkapan tersangka AJL pada Selasa, 28 Juni 2022, pukul 00.37. Tim dipimpin langsung Kapolres Tangsel, AKBP Sarly.

Dari jam penangkapan, polisi bekerja keras. Gigih. Sebenarnya polisi sudah mengungkap kasus ini, belum sampai 24 jam dari saat olah TKP. Waktu 24 jam sebagai ukuran standar polisi mengungkap kasus pembunuhan. Penadah S ditangkap di hari yang sama.

Pembunuhan ini sangat sadis. Korban SL tewas dengan belasan tusukan di tubuh. Sampai pisau patah dari gagangnya. Mungkin mengenai tulang. Pisau dan gagang ditinggalkan pelaku di TKP.

Di kasus ini tidak perlu teori kriminologi yang rumit-rumit. Pelaku butuh duit, lantas merampok. Selesai. Tapi mengapa sampai begitu sadis? Masih disidik polisi.

Pelaku bagai anekdot: Orang tuli mencuri radio. Dan, ia tidak tahu bahwa radio dalam kondisi menyala. Dibawanya ke mana-mana. Sampai ia ketangkap.

Tapi, yang mengejutkan, AKBP Sarly mengatakan, HP curian itu dijual AJL kepada S dengan harga tidak wajar: "Cuma Rp30.000," katanya.

Proses penyidikan perkara masih berlangsung. Walau tampaknya tidak ada yang istimewa di kasus ini. Hanya perampokan biasa. Akibat kemiskinan. (*)

Sumber: