Buka Warung
INI cerita tentang kulineran saja. Di kawasan wisata Selecta, Kota Wisata Batu, ada sebuah warung kecil menjual mie. Ukuran warung mie itu sekitar 3 x 3 meter saja, tapi di luar warung yang bukanya mulai pukul 19.00 ini disediakan beberapa bangku dan meja sederhana.
Banyak pengunjung yang lebih senang duduk di luar warung, meskipun dingin tapi disuguhi pemandangan yang luar biasa. Harganya murah, tidak sebanding dengan enaknya, apalagi dengan pemandangannya.
Nun jauh di bawah, pemandangan malam menyuguhkan panorama spektakuler. Hamparan kerlap-kerlip lampu seperti berombak, menyatu seperti kabut galaksi, lantas menghilang di ketinggian.
Lamanya menunggu pesanan mie sekitar satu jam karena yang antre bisa mencapai puluhan orang, jadi tidak terasa karena indahnya panorama malam yang tersaji di depan mata. Apalagi kalau saat menunggu pesanan sudah ditemani teh panas atau kopi. Jangan lupa, kalau pesanan sudah datang, segera saja disantap sebelum dingin.
Pemiliknya seorang laki-laki yang saya perkirakan berusia 35 tahun, berambut panjang sebahu, orang memanggilnya Sudin sehingga mereka menyebut warungnya Mie Sudin.
Dia sendiri yang bertindak sebagai koki, dibantu dua orang yang masing-masing bertugas menyiapkan minuman dan satunya khusus mencuci piring, sendok, gelas dan cangkir. Pekerjaan ketiganya seperti tak pernah berhenti, sebagaimana pengunjung warung yang datang dan pergi silih berganti.
Malam hari, saya sering naik ke Selecta hanya untuk makan mie di warung Sudin. Iseng-iseng saya pernah menghitungnya, kalau warung mulai dibuka pukul 19.00 hingga tutup pukul 24.00, maka omzetnya sangat lumayan, apalagi dihitung dalam sebulan, dengan modal awal yang tidak begitu besar. Luar biasa angka yang saya dapatkan, membuat saya ikut bangga. Harus diakui, pertumbuhan ekonomi pariwisata di Kota Wisata Batu telah memberikan dampak juga bagi Mie Sudin.
Kota Wisata Batu, menurut saya sudah jadi. Karena itu kota ini saya anggap sudah final dalam menerima investasi besar, karena semua fasilitas sudah tersedia dan yang paling penting, ketersediaan lahan memang sudah tidak ada.
Lahan pertanian dan hutan memang masih luas, tetapi lahan-lahan itu sudah tidak boleh dipakai untuk membangun apapun, kecuali dilestarikan. Ini sesuai dengan penataan kawasan wilayah hutan dan pertanian yang ditetapkan tahun 2012.
Kawasan wisata di tiga kecamatan yang ada di Kota Wisata Batu sudah dibangun merata oleh "Jatim Park." Ada Museum Satwa di Desa Oro Ombo, Kecamatan Batu. Desa Oro Ombo dulu masuk zona desa tertinggal, sekarang sudah melejit berada di depan.
Juga sudah ada Museum Angkot dan Predator Fun Park di Desa Tlekung Kecamatan Junrejo, Batu Flower Garden di Desa Pandanrejo dan Desa Bumiaji di Kecamatan Bumiaji.
Perumahan berskala kecil sampai besar semua sudah terbangun merata, termasuk hotel dan ressort yang berkelas sampai dengan home stay milik warga, semua sudah lengkap. Apalagi restoran maupun cafe di pinggir jalan maupun yang ada di desa-desa, sudah terbangun merata.
Final. Saya amat yakin, sudah tidak ada lagi investor visioner seperti Jatim Park Group lagi, sudah tidak mungkin ada hotel dan properti baru, karena tata ruang maupun lahan memang sudah habis.
Kota Wisata Batu harus mempertahankan hutan dan lahan pertanian, itulah keistimewaan kota ini. Kalau hutan dan lahan pertanian habis, maka kota ini tidak beda dengan kota-kota lainnya.
Sumber: