Freeport Jiipe
UKURAN GUNUNG.. Abah lagi sibuk. Pekerjaan menggunung. Ada 1001 gunung, semua ukuran 48. Menurut mbah Google, pemilik gunung ukuran 48 itu berat badannya adalah antara 75-85 kilo. Pantas Abah capek. He he..
Waris Muljono
Soal tulisan dar der dor di luar negri lebih detail , sementara tulisan dar der dor dlm negri terkesan masuk angin serta cari aman ya wajar dan bisa dimaklumi. Tulisan dar der dor diluar negri referensi beritanya terbuka, sumber berita dr yg berwenang juga terbuka. Beda dengan sumber berita negri wakanda : sumber resminya ga terbuka sampai dibentuk tim khusus, wartawan yg mau investigasi diintimidasi dan dihapus video wawancaranya. Tp entah kenapa pak DIS ga nyenggol kejadian intimidasi terhadap sejawat profesinya ini. Oh iya, sdh ada pemakluman : sedang sibuk ngurus gunung super besar
Rofi'udin
sbg pembaca seluruh tulisan disway sejak tulisan pertama, saya yakin tulisan ttg brigadir j ini akan dibuat berseri. kebiasaan pak dahlan. pada sabar kenapa ya?
Mirza Mirwan
Kenapa Pak DI menulis tentang penembakan di Amerika bisa begitu rinci, tetapi penembakan di depan hidung sendiri kok cuma kayak gini? Begitu kurang lebih beberapa komentar yg saya baca barusan. Gini, lho, manteman jamaah Disway. Nama rubrik ini adalah "Catatan Dahlan Iskan". Kalau Pak DI menulis tentang penembakan di Amerika, tentang kebrangkutan Sri Lanka, dan peristiwa lain di luar negeri, sumber Pak DI adalah media-media di negara bersangkutan. Penembakan di Amerika, misalnya, Pak DI bisa menulisnya dengan mengutip dari berbagai media. Dan sebuah berita di media sana biasanya detail banget, karena hasil reportase dari beberapa wartawan. Biasanya cukup panjang. Jadi "digest"-nya ada. Meski begitu, dalam kasus penembakan tetap saja bersumber dari keterangan polisi dan saksi mata. Selebihnya adalah investigasi wartawan tentang latar belakang pelaku dan (para) korban. Bandingkan dengan di sini. Pemberitaan di media begitu singkat. Kalaupun panjang, biasanya ada beberapa alinea yang diulang-ulang. Belum lagi banyak media yang mencampuradukkan antara fakta dan opini -- sesuatu yang menurut kode etik wartawan versi PWI, AJI dan organisasi wartawan lain, juga Dewan Pers, tak boleh dilakukan. Dalam catatan Pak DI kali ini, yang ditulis hanya latar belakang korban. Itupun dengan mengirim tiga wartawan ke kampung korban, "digest" nya tidak ada.
Juve Zhang
Sangat menarik ungkapan pembela hukum keluarga Alm.Brig.J. ternyata alm. Bukan sopir pribadi nyonya.juga tidak berani masuk rumah kecuali ambil minuman. Berikutnya menolak ada tembak menembak.asumsi di siksa dan di tembak. Silakan simak di medsos. Asumsi pak Kamarudin sebagai pengacara hukum kekuarga.alm.Brig.J. otopsi ulang sangat baik .tim Inafis juga sudah masuk ke rumah kejadian. Buktikan dengan ilmiah kisah ini sebenarnya. Itu bagus. Bukti ilmiah kuat sekali .
donwori
turut prihatin untuk Kapolres Jaksel, kepala divisi humas polri, dan para perwira menengah yang terlibat dalam kasus ini. mereka harus tertimpa durian runtuh (dalam arti harfiah) menjadi tukang cebok sana sini untuk mengkondisikan skandal keluarga jenderal bintang dua. selain bikin kepala sakit krn tertimpa duren, nyawa pun menjadi taruhannya. saksi kunci tinggal nyonya jenderal dan bharada E yang masih disembunyikan sampai saat ini. apakah betul kejadian pelecehan itu terjadi? jika terjadi apakah ada consent (suka sama suka) atau beneran dugaan pelecehan sambil menodongkan pistol (pistol keras ataupun lunak). sangat bau amis sekali seorang prajurit rendahan berani masuk kamar istri jenderal yang sudah bertahun2 dikawalnya dan dianggap seperti keluarga sendiri untuk melakukan tindakan pelecehan. di jawapos sudah ada bocoran dari sumber yg tidak mau disebut namanya, bahwa almarhum disiksa dulu sebelum dieksekusi. disway jangan mau kalah juga sama mantan dalam mencari sumber orang dalem.
Kurniawan Roziq
Core of the core , intinya inti , mukadimahnya tulisan har ini antara lucu , putus asa , dan asa jadi satu
ALI FAUZI
Saya tahu Pak DIS begitu gatal dengan kasus polisi tembak polisi ini. Ingin sekali investigasi dan menulisnya. Terutama menulis terkait hal-hal yang janggal itu. Tapi apa daya "tangan tak sampai." Ibarat kerbau, saat ini Pak DIS sudah sangat keberatan tanduk. Dulu, saat belum bertanduk (banyak urusan), sebagai wartawan bisa bergerak bebas. Sekarang tanduknya sudah berat (banyak urusan), membuat gak bebas bergerak. Apa saja urusan yang menghambatnya? Anda semua lebih tahu.
Sumber: