Single Image

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Johannes Kitono
Ada teman ex jurnalis TV yang punya prinsip bahwa virginnya hanya untuk suaminya saja. Tetapi sebagai jurnalis setiap hari tentu banyak berita wa yang masuk. Selain ada ayat ayat kitab suci ada juga vdo vdo mesum ala selebriti. Tentu saja vdo seperti itu sangat menggoda dan pengin juga untuk mencobanya. Dan sebagai jurnalis tentu harus selalu kreatip. Maka pada saat pandemi ini terciptalah Virtual ML yang on line dan dilakukan via vdo call berdua ditempat yang berbeda. Tentu si jurnalis masih tetap virgin biarpun imajinasinya sudah melayang kemana mana saat melakukan vdo call. Semoga saja mereka tetap akur dan tidak pecah kongsi sehingga tidak perlu saling mengadu untuk kasus yang susah dicarikan pasal pasal hukumnya.
Liam Then
Solusi saya terhadap kasus pecehan seksual . Sosialisasi saja. Mumpung sudah dekat pemilu 2024. Daripada janji-janji dan slogan awang-awang. Lebih baik baliho ,spanduk partai , di cetak pasal-pasal ancaman terhadap pecehan sosial. Supaya menjadi pengetahuan umum , dan terpatri di ingatan masyarakat. Ini saya pikir bisa bikin benang pengendalian diri individu bisa menjadi lebih tebal terkait nafsu seksual. Jadi tak mudah putus. Karena selalu terlihat ancaman nya di sepanjang jalan yang di lalui tiap hari. Ini juga bisa bikin image kaum politikus meroket, karena sesuai kaidah moral. Win win solution. Bayangkan jika tiap musim pemilihan dan tiap baliho ada peringatan ini, tentu lama-lama akan menjadi alarm otomatis di otak orang-orang yang benang pengendalian nafsu seksualnya tipis.
ian aprilia
Agak kecewa dengan tulisan abah DI kali ini. Kesannya menyudutkan korban. Korbannya kan tidak hanya 1 orang, masih ada beberapa korban lain. Menurut saya yang tinggal komentar saja, penyelidikan kurang mateng. Biar berimbang informasinya, mohon kulik juga info dari korban lainnya baru disajikan dalam 1 tulisan. Berharap ada tulisan kedua dari para korban.
Jejen Jaenudin
Ada ajaran dari Master Laozi's (Lao Tzu's) dalam Tao Te Ching menyebutkan bahwa "meskipun kebanyakan orang menghabiskan seluruh hidup mereka mengikuti dorongan biologis, itu hanya sebagian kecil dari keberadaan kita. Jika kita terus terobsesi dengan benih dan telur, kita menikah dengan lembah reproduksi Bunda kesuburan yang misterius, tetapi tidak dengan pikirannya yang maha tahu dan hatinya yang maha luas." Anehnya yang sebagian kecil itu terasa begitu berat. Di pundak. Dan di tempat lain. Berat ke bawah. Dan karena si bagian kecil ini pula, banyak kyai, pastur, ustadz, bikhu, dan semua tokoh bergengsi lainnya dalam spiritualitas rontok berjatuhan. Mereka yang punya status paling tinggi dalam moralitas, skandalnya tidak lebih rendah dalam isu si bagian kecil ini. Anehnya juga selalu saja ada kelompok yang ingin membela mereka. Mungkin ingat diri sendiri, betapa berat beban yang satu ini. Dan betapa masih menyala urge-nya di setiap otak laki2. Tepatnya di hypothalamus. Tampaknya benar kata Helene Cixous: "Pria telah melakukan kejahatan terbesar terhadap wanita. Secara diam-diam, dengan kekerasan, mereka telah menuntun diri mereka untuk melukai wanita, dan pada saat bersamaan menjadi musuh buat dirinya sendiri. Laki-laki terus memobilisir kekuatan besar mereka untuk memenuhi kebutuhan kejantanan mereka" (Helena Cixous: The Laugh of Medusa).
doni wj
Kasusnya terjadi ketika korban masih SMA. Kalaupun tidak terbukti sebagai kasus pelecehan seksual, hubungan seks dengan anak di bawah umur itu juga termasuk pelanggaran hukum (kalau di pasal UU 76 tentang perlindungan anak, perempuan di bawah 18 tahun). Pada kasus JEP ini yang melapor bersama-sama sebagai korban ada 15 orang (sumber wawancara korban di 2045tv, podcast Close The Door, podcast Curhat Bang) namun yang diterima dan dilanjutkan dengan BAP hanya 1 orang, entah kenapa 14 orang hanya sebagai saksi. Menariknya, podcast Curhat Bang lebih dahulu mewawancarai 3 orang yang merupakan Kepala Sekolah (atau Kepala Asrama?), teman sekamar - seangkatan di asrama korban, dan sahabat korban. Sama-sama bekerja di SPI. Ketiganya menyatakan dengan meyakinkan tidak tahu menahu tentang kasus pelecehan ini. Bukan untuk membela pelaku. Namun tidak ingin kelangsungan SPI terganggu. Di kesempatan yang lain, podcast Curhat Bang mewawancarai 3 orang korban. Di sini, korban menunjukkan ke podcaster bukti video. Bahwa sahabat korban yang diwawancarai di podcast sebelumnya dan menyatakan tidak tahu menahu itu meminta ke beberapa siswa/kolega untuk tidak melaporkan kasusnya. Dan bahwa dia sendiri sebagai korban, merasa keberlanjutan SPI sebagai lembaga yang menaungi dan memberi jalan serta kesempatan bagi anak-anak yatim, piatu, atau yatim piatu seperti mereka, jauh lebih penting. Dibanding kenyataan mereka sebagai korban. Sebenarnya ini bentuk lain abuse of power. Angel wis, angel..
Lukman bin Saleh
Semoga ada tulisan lanjutan ttg masalah ini. Knapa? Spt komentar d bawah. Tulisan ini ada kontradiksi. Awalnya Abah mengatakan kasus pencabulan besar2an. Tp kelanjutan tulisan justru berkata lain. Abah tdk menyinggung puluhan korban lainnya yg d angkat KPAI. Kesannya hanya ada 1 korban. Kedua. Dg tulisan ini Abah spt menjadi "tersangka." Tersangka krn menyudutkan korban dan membela tersangka. Bahwa sekolah ini jangan d tutup. Sepakat. Toh yg terlibat hanya satu org. Dan tidak ada pembelaan dr pihak sekolah spt pada kasus MB…
mzarifin umarzain
Sejarah belum tentu benar. Qur-aan pasti benar, bagi muislimiin. bagi non muslim, terserah mereka saja.
Pryadi Satriana
Sumber: