Rektor Kena OTT Apakah Jadi Racun Korupsi?
Di SIMANILA, Prof KRM diduga aktif menentukan kelulusan peserta SIMANILA.
Asep Guntur: "Dengan memerintahkan HY dan Budi Sutomo serta melibatkan MB untuk turut serta menyeleksi secara personal, khusus soal kesanggupan orang tua mahasiswa yang, apabila ingin dinyatakan lulus, maka dapat dibantu dengan persyaratan menyerahkan sejumlah uang selain uang resmi yang dibayarkan sesuai mekanisme yang ditentukan pihak universitas."
Rentang besaran suap antara Rp 100 juta-Rp 350 juta per calon mahasiswa. Golongan miskin Rp 100 juta, kaya Rp 350 juta. Ini di luar pembayaran resmi yang uangnya masuk Unila.
Dilanjut: "AD sebagai salah satu keluarga calon peserta seleksi Simanila diduga menghubungi saudara KRM untuk bertemu, bertujuan menyerahkan uang (Rp 150 juta) karena anggota keluarganya dinyatakan lulus Simanila atas bantuan KRM."
Penyerahan Rp 150 juta tunai, dari AD kepada orang suruhan Prof KRM, di suatu tempat di Lampung.
Prof KRM menerima setoran dari ML, Rp 603 juta. Prof KRM juga menerima setoran dari BS dan MB.
Dilanjut: "Uang tersebut telah dialihkan (dipecah-pecah) menjadi tabungan, deposito, emas batangan, dan masih tersimpan dalam bentuk uang tunai yang totalnya Rp 4,4 miliar."
Stop sampai di sini. Detil laporan masyarakat dan strategi OTT KPK, dilarang diungkap. Karena, di situlah rahasia perjuangan KPK. Seumpama diungkap, calon koruptor Indonesia pasti mempelajarinya. Biar kalau mereka korupsi kelak, sukses.
Tidak diungkapnya detil OTT, supaya calon koruptor kian waspada. Tekun dan sabar. Merancang inovasi strategi korupsi paling aman (dalam perspektif koruptor). Demi masa depan korupsi yang lebih merusak Indonesia.
Tapi, dari tiga titik lokasi OTT di atas, juga emas batangan dan deposito, itulah hasil inovasi strategi koruptor terbaru. Tercanggih. Tidak terpusat di Lampung.
Dalam sudut pandang koruptor, inovasi adalah menciptakan kerumitan bagan korupsi. Semakin rumit semakian bagus.
Sayangnya, rancang strategi inovatif itu bukan untuk mendidik generasi muda bangsa, menuju Indonesia lebih maju (sebagaimana slogan). Melainkan sebaliknya.
Para tersangka sudah ditahan KPK. Diperiksa. Dalam 20 hari sejak tertangkap tangan.
Dikutip dari Prison Legal News, Oregon, Amerika, 15 September 2020, ditulis Mark Wilson, mengisahkan penjahat suap fenomenal di Amerika. Nama koruptornya Farhad Monem,
Monem kelahiran Teheran, Iran, 30 Juli 1958. Tinggi
Sumber: