Prajurit Perdamaian PBB, Teringat Hadiah dari Walikota
Ada kenangan manis yang tak terlupakan pada ingatan Novian Candra Aditama (25). Anggota TNI AD berpangkat letnan dua, baru saja kembali dari tugas misi perdamaian di Kongo. Kenangan yang sulit dilupakan prajurit asal Desa Pendem, Kota Batu ini, ketika mendapat kesempatan bertemu dengan Walikota Batu saat itu dijabat Edy Rumpoko (ER). Bertemu dengan ER diluar dugaannya. Ia tahu ER seorang pejabat yang tidak mungkin ia bisa bertemu di ruang dinas walikota. Bayangan itu hilang saat Candra mampu mengukir prestasi belajar. Ia diundang menemui ER. Pada pertemuan dan diluar dugaannya, ia mendapat hadiah berkat prestasi belajar. "Pada saat itu saya mendapat hadiah uang sebesar Rp 1 juta dari Pak ER. Hadiah itu saya dapat setelah mendapat nilai matematika 100 saat ujian nasional tingkat SD tahun 2008 lalu," cerita Candra. Saat mendapat hadiah uang Rp 1 juta dari ER, tentunya sangat bangga. Ketika penyerahan hadiah orang tuanya ikut hadir. Orangtuanya pun ikut bangga bisa bertemu dengan seorang walikota. "Saya bangga bisa mempertemukan orang tua saya dengan Pak ER. Sehingga mereka bisa saling berjabat tangan," kenangnya. Bagi Candra --demikian panggilannya--, hadiah dari ER sangat bermanfaat. Ya, pada saat itu kondisi ekonomi keluarga Candra tidak terlalu bagus. Hadiah itu pula menjadikan penyemangat hidup Candra. Semangat utama adalah mengejar prestasi belajar. Lulus dari SDN 1 Pendem, Kota Batu, Candra melanjutkan studi di salah satu SMP di Kota Malang. Candra mampu mengukir prestasi lagi. Ia mendapat hadiah bea siswa dari Pemkot Batu. "Walaupun sedikit, saya bisa membantu orang tua untuk mencari uang," ungkapnya. Candra mengemban tugas perdamaian di Kongo selama 16 bulan. "Seharusnya saya di Kongo hanya satu tahun. Tapi karena ada pandemi, molor hingga 16 bulan dan baru pulang pada bulan April ini," ungkap prajurit Batalion Para Raider 503/MK ini. Sepulang dari Kongo, Senin (26/4), ia sempatkan sowan ke Walikota Batu Dewanti Rumpoko. "Intinya kemarin saya ketemu sama Ibu Dewanti hanya sowan saja. Sama cerita-cerita selama tygas di Kongo, ngapain aja," tuturnya. Ia tak lupa membawa sovenir patung perdamaian untuk Dewanti. Sowan ke walikota juga dilakukan saat Candra akan berangkat tugas ke Kongo, Oktober 2019. Ia saat it berpamitan. "Ibu Dewanti berpesan kepada saya untuk selalu menjaga kesehatan selama menjalankan tugas," katanya. Berangkat ke Kongo selain mengemban misi perdamaian, Candra juga ikut mempromosikan potensi Kota Wisata Batu. Katalog majalah dari Dinas Pariwisata Kota Batu ia bagikan ke warga masyarakat Kongo. Selama di Kongo, tugas Candra tidak ringan. Ia bersama pasukan Garuda harus menjadi perdamaian. Tugasnya untuk menyelamatkan warga sipil. "Contohnya ketika ada pertikaian antara tentara sana dan milisi (pasukan liar). Kita harus menyelamatkan warga sipil agar tak menjadi korban," cerita Candra. Tugas lainnya, menjaga stabilitas keamanan di Kongo. Karena milisi takut dengan pasukan PBB dan Pasukan Garuda Indonesia. Bagi Candra selama di Kongo suka duka banyak ia rasakan. Mulai dari yang tak mengenakan hingga yang paling berkesan dalam hatinya. Pengakuannya, berangkat ke Kongo merupakan salah satu pengalaman besar. Tak sembarangan prajurit yang diberangkatkan ke sana. Prajurit harus mampu berkomunikasi dengan baik. Prajurit dituntut mampu bersosialisasi dengan kontingen dari negara lain. Dengan begitu, secara otomatis bisa saling tukar pengalaman. Duka yang ia alami selama di Kongo, soal makanan. Candra mengaku, selama di Kongo sangat merindukan masakan khas Indonesia, seperti rujak cingur, tempe dan kerupuk. (ir)
Sumber: