Mayat Gosong di Semarang, Teori Agresif

Mayat Gosong di Semarang, Teori Agresif

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Sampai di sini, dugaan Iwan dibunuh semakin kuat. Dibunuh, dimutilasi demi menghilangkan jejak.

Pembunuhan diikuti mutilasi, sudah ada sejak zaman kuno. Di seluruh dunia. Tujuan pelaku, menghilangkan jejak.

Shri Ramesh Arora dan Neetu Gupta dalam buku mereka bertajuk: "Profile of Mutilation Murder in Northern Medico legal Jurisdiction of Himachal Pradesh, India" (2013) menyatakan, umumnya pelaku menggunakan senjata sangat tajam. Biar cepat.

Pembunuhan diikuti mutilasi, di buku itu diklasifikasi empat jenis. demikian:

1) Defensif. Pembunuh bertujuan defensif. Berusaha menghilangkan identitas korban. Sehingga menyulitkan penyidik melacak pelaku.

2) Agresif. Pembunuh juga bertujuan menghilangkan jejak. Dengan memotong mayat secara agresif. Bahkan berlebihan, karena khawatir identitas korban masih bisa dikenali polisi.

3) Ofensif. Pembunuhnya sadis. Mencacah mayat, menjadi beberapa bagian. Pembunuhnya sadis atau dendam kesumat terhadap korban.

4) Necromantic. Pembunuh sakit jiwa. Memotong bagian tertentu mayat, dijadikan kenang-kenangan. Misal, potongan payudara, kepala, atau bagian lain yang akan disimpan pembunuh.

Di kasus Semarang, belum dipastikan polisi bahwa itu pembunuhan. Masih diselidiki polisi.

Seumpama dipastikan pembunuhan, berdasar buku karya Arora dan Gupta, itu masuk golongan nomor dua: Agresif. Karena, kepala dua telapak tangan sudah dipotong dibuang, masih juga mayat dibakar.

Bisa jadi dibakar dulu, kemudian dipotong. Ini penghilangan jejak secara rangkap. Pelaku ingin pasti, identitas korban sulit diketahui polisi.

Uniknya, masih ada motor yang nomor polisinya masih bisa diketahui. Juga, ada name tag pegawai, namanya jelas, hanya hilang huruf depan "I".

Lebih rumit lagi, korban akan diperiksa polisi terkat korupsi. (*)

Sumber: