Siapa Membunuh Putri (22)

Siapa Membunuh Putri (22)

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

”Begini, deh. Jangan pikirkan soal pekerjaan. Mbak Nana mungkin perlu tambahan staf di sekretariat. Kalau kamu mau, pindah aja,” kataku. Nana adalah sekretaris Dinamika Kota. Mila sudah juga mengenalnya.

Saya sarankan Mila menenangkan diri dulu. Pulang ke Padangbelakang. Ketemu orang tua dan keluarga. ”Kalau nanti sudah tenang. Telepon saya, ya. Saya nanti yang ngomong sama Mbak Nana dan Bang Eel, soal pekerjaan buat kamu itu.”

Saya minta Edo mengantarkan Mila ke pelabuhan penyeberangan di Sekumpang. Edo lalu mengantarku kembali ke kantor, sebelum dia berangkat lagi mengantar Mila.

Tentang pelecehan Beni kepada Mila memang tak saya ceritakan kepada Bang Eel. Tapi saya menyampaikannya kepada Bang Jon. Bukan mengadu, rasanya tak tahan juga menyimpan kemarahan itu sendirian. Andai Mila tak meminta untuk tak melaporkan ke polisi saya pasti sudah membuat laporan.

Kembali dari mengantar Mila, Edo uring-uringan. Rupanya, sepanjang perjalanan Mila bercerita juga padanya. Edo bilang padaku kalau ketemu itu si Beni mau dihajarnya. ”Kamu jangan bikin persoalan jadi makin ribet, Do,” kataku, ”kalau kamu mau bantu, nanti kalau Mila sudah mau dan mulai kerja di sini, kamu jaga dia.” Edo mengiyakan permintaan saya.

Sementara itu tim penyidik baru kasus pembunuhan Putri bergerak cepat. Memang tak banyak ekspose. Untungnya kami selalu dapat bocoran dari Brigadir Hilmi. Kami kirim Nurikmal ke Palembang, ikut saksikan pembongkaran makam Putri, lalu diotopsi di RS polisi di kota itu.

Dari foto-foto dan laporan Nurikmal terbayang makam yang mewah dan kokoh. Seperti makam tokoh besar yang sudah lama mati. Seperti sengaja agar sulit dibongkar. Polisi sampai mengerahkan alat berat. “Ada drama lagi di sini,” kata Nurikmal melapor lewat telepon. Keluarga Putri, terutama sang ibunda menghalang-halangi pembongkaran makam Putri.

Persis sama seperti di sidang-sidang pembacaan dakwaan di Batam yang berakhir dengan putusan sela yang mengarah ke AKBP Pintor itu.

“Terus gimana?”

“Ya, diamankan. Dibawa polisi. Orang-orang yang dikerahkan juga diusir polisi semua.”

“Orang-orang itu siapa?”

“Katanya keluarganya, tapi kayaknya orang suruhan semua.”

“Fotonya dapat, nggak? Kalau tak dapat minta sama fotografer grup kita di sana,” kataku. “Otopsinya kapan?”

“Katanya besok. Saya di sini sampai otopsi selesai, ya, Bang?” tanya Nurikmal.

“Ya, cari berita sisi-sisi lain yang unik ya,” kataku.

Sumber: