Edukasi dari Mendikbud Nadiem
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Mendikbud Nadiem Makarim geram. Pelecehan seksual di sekolah marak. Justru jadi bahan gurauan. ”Ini bikin saya geram,” katanya di diskusi daring Selasa (27/4). Hal positif yang jarang diucapkan Mendikbud lain.
--------------
Dunia ini seolah milik lelaki. Perempuan dianggap sekadar pelengkap. Nadiem menganggap, jika pelajar atau guru memandang pelecehan seksual sebagai gurauan, menandakan mereka tak terdidik baik.
Kini, di sekolah, masih banyak yang begitu. Mereka bingung. Apa saja perilaku pelecehan seksual? Mengapa?
Jika pertanyaan itu muncul, berarti mereka (pelajar-pengajar) berada di wilayah abu-abu. Tidak tahu, mana pelanggaran hukum dan mana bukan. Karenanya, jadi bahan guyonan.
”Padahal, pelecehan seksual masalah serius,” ujar Nadiem. Kelahiran Singapura, 1984, lulusan Harvard Business School, Amerika Serikat, 2006. ”Kalau kita tidak tahu, pelecehan seksual akan terus berulang-ulang. Dianggap hal biasa.”
”Sudah saatnya pemerintah berposisi menjelaskan, bahwa yang abu-abu ini, sebenarnya bukan abu-abu,” tegasnya. Maka, Kemendikbud merancang Permendikbud tentang kekerasan seksual. ”Kini proses dengan stakeholder lain.”
Sikap Nadiem terkait kesetaraan gender. Yang di negara-negara Nadiem bersekolah sudah sejak dulu ”klir”. Di kita belum klir. Sengaja tidak dibuat klir oleh para lelaki. Biar selalu menang. Buktinya banyak.Lagu Sephia, Sheila on 7.
Liriknya, pada ref, begini: Selamat tidur, kekasih gelapku…Semoga cepat, kau lupakan aku…Sangat populer 20 tahun silam. Bahkan, digemari sebagian besar perempuan. Sampai histeris (kalau ketemu vokalisnya). Mengherankan bagiku. Tanda, bahwa mereka gagal paham, bahwa jadi simpenan itu rendah. Tidak equal. Tidak bermartabat.
Berarti, sistem nilai masyarakat kita keliru. Khususnya perempuan. Masih zaman Kartini, kita.Kalau korban (pelecehan seksual) tidak merasa sebagai korban, apakah ini kejahatan? Mirip euthanasia (suntik mati). Kalau ada orang minta di-euthanasia, terus terjadi, apakah itu pembunuhan?
Walau, teori banyak. Ketua Komisi Partisipasi Masyarakat, Komnas Perempuan, Veryanto Sitohang, pada diskusi virtual, Jumat (20/3), berteori, ada empat jenis pelecehan seksual. Terhadap perempuan (nyaris tak ada terhadap lelaki).
1. Disiuli saat lewat. Sangat sering terjadi, sangat biasa. Ini pelecehan seksual verbal.
2. Dikerdipi mata. Atau mata genit. Kalau yang dikerdipi tak suka, ini pelecehan.
3. Sebut anggota tubuh. Biasa disampaikan (lelaki) secara bercanda. Agar tak didamprat.
4. Sentuhan tak dikehendaki (oleh tersentuh). Di bus umum, KA, atau bisa di mana saja.
Sumber: