Lone Wolf Todong Istana Tanggung Jawab Pendidik

Lone Wolf Todong Istana Tanggung Jawab Pendidik

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Penodong Istana Negara, Siti Elina (24) ingin melukai diri sendiri saat disidik. Maka, penyidik akan minta bantuan psikolog.

***

KONDISI itu diungkap Kabag Banops Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar kepada pers, Jumat, 28 Oktober 2022. Dikatakan:

"Ada gelagat aneh. Pertama, dia cenderung diam. Tapi kalau diam saja, tidak berbeda dengan banyak tersangka lain. Tapi dia cenderung ingin melukai diri sendiri."

Maka, penyidik akan minta bantuan psikolog, memeriksa Elina.

Sebelum polisi mengungkap itu, publik sudah menduga begitu. Gelagat Elina saat ditangkap, Selasa, 25 Oktober 2022 pukul 07.00 tanda Elina kurang sehat mental. Masak, cara serang Istana Negara, begitu?

Dia bawa pistol. Pun, pistolnya tanpa peluru. Berarti bukan ancaman keamanan. Lebih gila dibanding Zakiah Aini, penerobos Mabes Polri, Rabu, 31 Maret 2021 sore. Pistol airsoft gun. Tidak mematikan.

Beda antara Elina dengan Zakiah, pada jarak. Antara titik mereka berdiri dengan petugas keamanan.

Zakiah sudah berada di dalam area Mabes Polri. Di depan gedung, tempat Kapolri berkantor. Terpantau kamera HP polisi yang berkantor di gedung lantai tiga, Zakiah mengarahkan pistol ke depan, mencari-cari sasaran. Gelagatnya jelas, penyerang.

Dari jarak jauh, polisi tidak bisa memastikan, pistol Zakiah jenis apa. Polisi tak mau spekulasi. Maka, dari jarak sekitar 100 meter, sniper menembak dia. Persis kena jantung. Tewas.

Beda dengan Elina, belum masuk area Istana Negara. Dia jalan kaki dari arah Harmoni, menyeberang jalan ke selatan. Lewat trotoar Medan Merdeka Utara. Mendekati pintu masuk Istana yang dijaga anggota Paspampres. Lalu Elina berhenti. Berdiri menghadap ke jalan raya. Membelakangi area Istana.

Seorang anggota Paspampres sudah mengamati Elina sejak menyeberang dari Harmoni. Bercadar hitam, jilbab hijau, kini celingukan. Maka, Paspampres secepatnya mendekati Elina. Penasaran.

Begitu antar mereka sudah sangat dekat, Elina mengeluarkan pistol dari tas. Menodong. Itu pistol milik paman Elina, pensiunan TNI. Jenis FN.

Paspampres pasti tahu, itu bukan pistol mainan. Jarak mereka sangat dekat.

Tapi, sebagai pasukan terlatih, petugas itu bergerak cepat menghindari moncong pistol. Bersamaan, merebut pistol. Langsung diperiksa: Tanpa peluru. Pastinya, petugas tercengang.

Sumber: