Dampak Pribadi Ganda si Kebaya Merah ke Masyarakat
Dia bersama pria ACS (bukan suami-isteri) sudah memproduksi 92 video porno, setahun ini, atas pesanan pembeli melalui medsos. Hasil penjualan digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.Ternyata dia sakit jiwa.
Kepribadian ganda salah satu gangguan jiwa. Tidak bisa disebut gila. Sebutan gila, cuma untuk gila yang parah. Atau, tingkat kegilaan orang bertingkat-tingkat.
Sebutan gila, umumnya untuk orang yang telanjang dan lari-lari di jalanan. Sedangkan si Kebaya Merah, telanjang saat bikin video. Dijual.
Dikutip dari laporan World Health Organization (WHO) nomor 6B64, bertajuk: "Dissociative identity disorder", kepribadian ganda adalah istilah medis yang digunakan sebelum tahun 1980. Setelah itu para pakar psikiatri internasional sepakat, istilah itu tidak tepat.
Diganti jadi Dissociative Identity Disorder (DID).
Dikutip dari jurnal ilmiah The Sidran Institute, lembaga kesehatan jiwa nirlaba berpusat di Derwood, Maryland, Amerika Serikat, jumlah pengidap DID wanita, enam kali lebih banyak dibanding pria.
DID dibagi tiga jenis:
1) Identitas disosiatif. Gangguan identitas disosiatif terkait pengalaman yang luar biasa. Peristiwa traumatis. Misal, pelecehan yang terjadi di masa kanak-kanak. Baik pelecehan psikologis, terutama pelecehan seksual.
Muncul dua, atau lebih, identitas yang berbeda pada pemikiran dan perilaku pengidap. Identitas yang berbeda, tampak di perubahan perilaku, ingatan, dan pemikiran. Orang lain melihat perubahan tersebut, tapi pengidap tidak merasakan.
Belum ada riset yang membuktikan korelasi antara pelecehan seks di masa kecil, dengan DID di masa dewasa (DID hanya diidap orang dewasa). Diduga, akibat pelecehan seks, korban mencari pelarian psikologis, lalu membayangkan dirinya sebagai orang lain.
2) Amnesia disosiatif. Pengidap tidak mampu mengingat informasi tentang diri sendiri. Bukan pelupa. Melainkan, tidak mampu mengingat suatu peristiwa dalam suatu periode tertentu. Dan, peristiwa itu bukan kejadian lama. Bisa, kejadian sepekan lalu.
Amnesia disosiatif dikaitkan dengan pengalaman trauma masa kanak-kanak, dan terutama dengan pengalaman pelecehan emosional dan pengabaian emosional.
Pengidap tidak menyadari kehilangan ingatan mereka, atau mungkin hanya memiliki ingatan yang terbatas. Ini diketahui setelah dilakukan pemeriksaan oleh profesionaldi bidang psikiatri.
3) Depersonalisasi. Pengidap punya pengalaman tidak nyata berkelanjutan atau berulang yang signifikan. Semacam ilusi. Pengidap merasa seolah-olah dirinya berada di luar tubuhnya.
Yang parah, pengidap merasa seolah-olah hal-hal dan orang-orang di dunia sekitar mereka, tidak nyata. Meskipun pengidap bisa tampak tidak reaktif atau kurang emosi terhadap kondisi yang dia anggap tidak nyata tersebut.
Sumber: