Dampak Pribadi Ganda si Kebaya Merah ke Masyarakat
BACA JUGA: Kebaya Merah Mirip American Porn Star Joanna Angel
Hanya jenis ini yang umumnya dialami remaja, sampai sebelum usia 20. Setelah usia 20 biasanya hilang sendiri. Ada juga yang setelah dewasa kambuh lagi.
Mayoritas pengidap DID mengalami depresi pada saat-saat tertentu. Mendadak depresi, tanpa didahului stress. Orang normal, stress dulu barulah meningkat jadi depresi, jika stress tidak diatasi.
Tidak ada obat pengidap DID. Ilmu kedokteran modern belum menemukan obatnya. Umumnya, pengidap diberi obat anti-depresan hanya untuk mengurangi depresi yang muncul. Kayak obat penurun panas tubuh.
Penyembuhannya melalui terapi oleh psikiater. Kurun waktu penyembuhan tergantung tingkat DID pengidap. Tapi berbulan-bulan. Tidak dalam waktu cepat.
BACA JUGA: Kebaya Merah, Kok Eks Pasien RSJ Menur?
Dari paparan The Sidran Institute, bisa disimpulkan, bahwa sangat bahaya jika anak-anak dilecehkan. Terutama pelecehan seksual. Fokus pada anak perempuan, karena perbandingan jumlah pengidap DID perempuan, enam kali lebih banyak daripada pria.
Si Kebaya Merah, jika benar pengidap DID, bakal diketahui masuk golongan mana, merujuk deskripsi yang dipaparkan The Sidran Institute itu. Tapi, jika benar dia pengidap DID, sangat mungkin dilecehkan di masa kecil, dulu.
Dari situ, ditarik garis waktu mundur, bakal diketahui kondisi masa kecil si Kebaya Merah.
BACA JUGA: Drama Tragedi Bantai Anak-Isteri di Depok
Dia sudah memproduksi 92 video porno. Sangat mungkin produk itu berdampak negatif terhadap anak dan remaja, penontonnya. Banyak pemerkosa mengakui ke polisi, bahwa mereka kecanduan video porno. Sehingga ingin mencoba, dengan memperkosa. Perempuan korban, juga anak-anak.
Alhasil, anak-anak perempuan korban pelecehan seks dan perkosaan, kelak setelah dewasa berpotensi mengidap DID. Persis, seperti si Kebaya Merah (seumpama dia terbukti DID) di waktu kecil.
Di situlah siklus negatif berputar-putar. Kian lama kian melebar. Dalam jumlah membesar. (*)
Sumber: