Makna Nikah di Kasus Venna Melinda

Makna Nikah di Kasus Venna Melinda

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Akhirnya, Venna Melinda berkata: "Saya rasa kekerasan ini sudah cukup. Saya ingin fokus pada anak-anak dan kerja. Saya akan gugat cerai yang bersangkutan (Ferry Irawan)."

***

ITU dikatakan Venna kepada pers di Polda Jatim, Kamis (12/1). Saat itu dia didamping dua anak dari pernikahan terdahulu.

Bahkan, untuk menyebut nama Ferry saja dia ogah.Venna menyebut Ferry 'yang bersangkutan'. Tanda bahwa dia sudah patah arang dengan Ferry.

Dikatakan: "Saya sangat trauma (atas KDRT di Kediri, Jatim, Minggu lalu). Sebelum berangkat ke Kediri saya alami asam lambung. Tapi sebagai isteri saya selalu berusaha mempertahankan perkawinan dan mencintai serta menghargai suami saya."

Setelah KDRT, Venna mengaku, semuanya berubah. Karena, katanya, peristiwa Kediri bukan satu-satunya KDRT yang dia terima dari suami. Melainkan sudah pernah terjadi. Bahkan, dia mengaku, Ferry tidak memberi nafkah dalam tiga bulan terakhir.

Banyak hal yang dikatakan Venna tentang pernikahan dia dengan Ferry yang baru berjalan sembilan bulan. Tapi, ada yang mengejutkan: "Saya, isteri ke empatnya."

Jadi, Ferry sudah cerai tiga kali. Akan yang ke empat. Sedangkan, Venna sudah pernah cerai sekali. Akan yang ke dua.

Hitung-hitungan itu, tanda bahwa menikah tidak gampang. Sangat rumit. Meski banyak juga pasutri yang, menikah sekali, awet sampai kematian menjemput. Cerai, suatu keputusan besar dalam hidup manusia. Pahit banget. Apalagi jika pelaku memprediksi masa depan, pasca cerai. Sedih.

Tapi, mempetahankan pernikahan yang menyiksa diri, jauh lebih pahit lagi. Tak cuma pahit sekali, melainkan terus-menerus.

M. Rosie Shrout, doktor psikologi sosial dari Purdue University, West Lafayette, Indiana, Amerika Serikat (AS), melakukan riset tentang pasutri yang tidak cocok, tapi bertahan tidak cerai.

Dr Shrout meriset 373 pasutri heteroseksual (perlu disebut, sebab di sana ada pasutri homoseksual) selama 16 tahun pernikahan awal responden, sampai dengan akhir riset tahun 2018.

Hasil riset itu dipresentasikan Shrout di forum International Association for Relationship Research Conference, di Colorado, AS. Presentasi Shrout itu dimuat di The Guardian, 16 Juli 2018, berjudul: "A bad marriage can seriously damage your health, say scientists".

Pernikahan rusak. Sangat merusak. Jiwa dan raga. Para pelakunya.

Pasutri beda pendapat, pasti terjadi. Berbagai topik. Soal pengasuhan pendidikan anak-anak, uang, mertua, kerabat dekat, pilihan rekreasi, dan apa saja, bisa menimbulkan beda pendapat.

Sumber: