Turun Gunung

Turun Gunung

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Termasuk soal memperbanyak spesialis lewat hospital based. Bahkan lebih hebat lagi: spesialis bedah jangan sampai mengusir bedah umum. Misalnya untuk operasi payudara. Bisa dilakukan dokter bedah umum yang cukup  dilatih secara khusus.

Maka, kata Prof Miko, harus dibedakan antara pendidikan dan kursus. Pendidikan itu untuk urusan karakter. Termasuk pendidikan spesialis. Kursus untuk meningkatkan keterampilan.

Prof Dr Siti Fadilah pun memberikan dukungan yang rinci. Mantan menteri kesehatan yang kritis itu punya mantera: kekurangan dokter spesialis adalah nyata, kekhawatiran terjadi kelebihan dokter tidak harus dikhawatirkan.

Bahkan Siti Fadilah langsung saja: setujui RUU Kesehatan. Kekurangan dokter spesialis itu akan teratasi.

Bagaimana dengan dokter lulusan luar negeri? Orang seperti Prof Puruhito dan Ario Jatmiko tidak punya problem apa-apa. Keduanya pulang dari luar negeri sebelum aturan adaptasi dan ujian ada. Dan lagi keduanya adalah perintis di bidang masing-masing.

Covid sudah selesai. Selamat turun gunung ramai-ramai. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan* Edisi 19 Januari 2023: Tri Dharma

Arala Ziko
ketika membaca salah satu kalimat yg menerangkan anak2 pak Ong gk mau jadi ketua, sy sedikit tersentak, kok beda sekali dengan agama lapak sebelah yg seteru sama bapaknya gara gara gereja. mungkin mereka lupa, Tempat ibadah hanyalah wadah, namun tempat ibadah sesungguhnya ada di dalam hati, pikiran dan perilaku manusia.

Komentator Spesialis
Kalau alasannya kurang kompeten, sudah benar. Karena pada akhirnya semua harus dikelola secara profesional dengan kompetensi. Walaupun itu atas nama agama. Muhammadiyah misalnya, tidak mengenal pengelolaan atas aset ummat secara turun temurun. Hanya mereka yang kompeten dan jujur yang layak menerima beban amanat. Makanya tidak mengenal istilah "gus". Memang apa jaminan keturunan ? Wong anak Nabi saja bisa kafir kok. Contoh anak Nabi Nuh AS.

Jhel_ng
Ada banyak konflik yang terjadi. Kadang yang bisa menyelesaikan hanyalah sang waktu. Atau justru sang waktu lah yang memulai babak baru. Dalam setiap konflik kita berpikir kenapa bisa terjadi. Bagaimana itu terjadi. Jika sudah terlalu rumit, putuskan saja. Itu memang teori lama. Atau sekedar memutuskan untuk menggertak. Gertak sambal? Orang justru suka sambal. Selamat memeringati Hari Raya Imlek bagi yang akan merayakannya.

Jimmy Marta
Ketua organisasi itu perlu orang paling kaya di kelompok itu. Terutama untuk organisasi non keagamaan. Kalau yg kaya itu tidak bersedia, pilihan jatuh ke urutan berikut. Yg paling berkuasa, alias yg jabatannya paling tinggi. Ini berguna agar gk ada anggota yg berani macam2. Sebab yg dua itulah yg gk bisa dilawan. Kalau yg ketiga itu pasti gk boleh dipilih sbg ketua. Kecuali ketua untuk sesama alumninya saja…

Everyday Mandarin
Saya dari kecil sembahyang kelenteng. Izin serta komentar. Zaman Orba, kalau isi formulir, ditanya orang, "Apa agamamu?" Seperti kalkulator yang sudah diprogram, jawabnya, "Buddha (佛教" fojiao)". Itu zaman Orba. Untuk "agama" Tri Dharma, tak bisa tidak dikaitkan dengan Taiwan. Karena bisa dibilang Taiwan pusatnya Tri Dharma. China malah tidak krn byk yg ateis akibat jadi salah satu syarat Partai Komunis. Walau ga semua ya. Di Taiwan, mayoritas rakyatnya juga sembahyang di kelenteng. Dewanya sama sprt kelenteng² yang sering kita kunjungi di berbagai kota di Indonesia. Yang di Indonesia setelah zaman Gus Dur disebut agama Konghucu (儒教: rujiao). Walau kelenteng ybs ga ada patung Kongzi (孔子: Kongzi, nama Confucius dalam Mandarin), di Indonesia tetap disebut agama Konghucu. Krn orang² Taiwan, jika kelentengnya ga ada patung Kongzi, itu disebut agama Tao (道教: daojiao). Dan memang itulah yang mayoritas kita dengar dari orang Taiwan yang sembahyang di kelenteng. Agamanya apa? Tao. Bukan Konghucu. Apakah terjadi salah kaprah di Indonesia sini? Entah. Mgkn ada petinggi² Konghucu yang bisa menjelaskan detailnya. Asumsi saya pribadi: Bisa jadi di zaman Gus Dur, petinggi agama Konghucu yang duluan mendaftarkan ke pemerintah spy diakui sebagai agama. Sementara petinggi agama Tao tidak. Akhirnya pemerintah pun hanya mengakui Konghucu sbg agama resmi. Dan semua orang yang sembahyang di kelenteng Tao, akan menyebut dirinya beragama Konghucu juga. Maafkan jika asumsi ini sepihak.

Giyanto Cecep
sila ke-3 Pancasila itu jelas tegas " Persatuan Indonesia " .. tapi di Indonesia hampir semua organisasi tidak ada yang bersatu .. pun organisasi bercorak " agama " .. yang sepertinya tidak ada keuntungan duniawi .. karena semua mengusung hal-hal " ukhrawi " .. apa mungkin alam akherat itu juga lebih dari satu ? ..

yoming AFuadi
Sepertinya ada keinginan terpendam Abah yang tidak/ belum kesampaian, makanya ada orang yang punya 4 istri ditulis bukan untuk poligami tapi untuk mistis. Mengingat Abah orang yg religius, maka sah saja kalau tidak perlu punya 4 istri, cukup 1 saja. Tabik.

Johannes Kitono
Ongko Prawiro ( alm ) beristeri 4 dengan 39 orang anak. Pasti manusia super dan tidak dicap poligami. Alasan beristeri kedua, ketiga dan keempat demi keselamatan mereka. Alasan yang sangat manusiawi walaupun tidak tercantum di UU Perkawinan 1974 yang katanya di endorse oleh Ibu Tien Soeharto. Ada konglo ( alm ) yang juga beristeri lebih dari satu dengan alasan bisnis. Menurut suhu atau konsultan hongsui, dengan melihat shio dan ngohengnya. Bisnis konglo ini akan semakin berkembang paralel dengan jumlah isterinya.Nah berbahagialah konglo tsb menikmati kekayaannya tanpa ada kendala baik dari isteri perdana maupun isteri selanjutnya.Ketika terjadi krisis 1998, total hutang grup konglo ini US$,13,7 mily. Jadi pasien BPPN tapi bisnis konglo masih eksis sampai hari ini. Tentu saja bisnis yang menggurita bukan hanya mengandalkan jumlah isteri s. Konon Raja Henry VIII ( 1509 - 1547 ) juga punya 6 isteri karena ingin punya anak laki laki sebagai pewarisnya. Henry VIII tentu bukan suami yang baik dan romantis. Bukan hanya kawin cerai beberapa kali dan malahan memenggal kepala isterinya. Kok tega juga sang raja , sudah menikmati madu kenapa isteri masih harus dikirim ke alam baka.Bisa jadi istilah Raja Tega bermula dari kelakuan Raja Henri VIII. Bagaimana dengan rekor kawin raja raja di China atau Indonesia. Pasti sangat menarik kalau bisa ditampilkan CHD. Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah. Raja Singa,amit amit jangan sampai kena.

Sumber: