Proses Hana Lolos dari Pembunuhan Serial Killer

Proses Hana Lolos dari Pembunuhan Serial Killer

Trunoyudo: "Empat orang korban, semuanya TKW bisa kita hubungi di luar negeri. Kemudian beberapa orang sudah kembali ke Indonesia dan akan segera ke Polda Metro Jaya tiga orang. Sisanya kami cari, kami hubungi keluarganya untuk mencari keberadaan korban penipuan ini."

Hana ketika berada di Polda Metro Jaya, tidak sempat diwawancarai wartawan. Mungkin dia trauma, karena nyaris dibunuh. Pastinya dia bersyukur.

Korban selamat dari serial killer, suatu keajaiban. Tentu, dia belum saatnya mati.

Howard G. Chua-Eoan dalam tulisannya bertajuk: "Top 25 Crimes of the Century: Richard Speck, 1966". Dimuat Time, 15 Januari 2010, mengisahkan, perawat asal Filipina di Chicago, Amerika Serikat (AS), bernama Corazon Amurao (waktu itu usia 24) selamat dari serial killer, Richard Benjamin Speck.

14 Juli 1966 malam, di asrama perawat yang bekerja di South Chicago Community Hospital, AS, Speck masuk sendirian. Ia membawa pistol dan pisau daging yang diselipkan di balik jaket. Niatnya sudah jahat.

Asrama itu dihuni delapan perawat wanita. Tapi, malam itu ada seorang tamu perawat wanita juga, yang main ke asrama tersebut.

Begitu Speck masuk, langsung menyergap, menembak, membacok para perawat di sana. Salah satunya diperkosa dulu, sebelum dibantai, mati.

Para korban tidak bisa lolos, karena gerbang asrama sudah ditutup Speck. Semua korban terjebak.

Asrama itu banjir darah. Semua penghuninya tewas. Kecuali Corazon Amurao, yang sembunyi di bawah ranjang. Digambarkan, Amurao sekuat tenaga menahan tidak menjerit, saat Speck membantai delapan teman Amurao di sekitar ranjang.

Akhirnya kondisi sepi, semua korban mati, Speck menghitung para korban. Benar, ada delapan. Ia sudah tahu, asrama tersebut dihuni delapan perawat. Setelah puas mengamati korban tewas, ia keluar meninggalkan asrama.

Corazon Amurao, bagai dapat nyawa cadangan, keluar dari asrama esoknya 15 Juli 1966 pukul 06.00. Dia langsung lapor polisi. Segera polisi datangi TKP. Wartawan bergerombol.

Peristiwa itu menghebohkan Amerika. Bahkan, sampai puluhan tahun kemudian masih digunjing orang Amerika. Masih diberitakan Times, Kamis, 1 Maret 2007 (49 tahun kemudian) dengan tajuk: "Crimes of the Century"

Pelaku adalah Richard Speck, saat itu usia 24 tahun. Gelandangan yang lahir di Illinois, dibesarkan di Texas, mengembara dari kejahatan kecil ke kejahatan kecil dan dari bar ke bar.

Di usia 19, ia bertato bertuliskan "Born to Raise Hell" di lengan. Semua korbannya dipuji sebagai orang suci, orang yang telah mengabdikan hidup mereka untuk membantu orang lain.

Speck ditangkap polisi berkat laporan Corazon Amurao. Di persidangan, Juri memutuskan Speck bersalah. Hakim menjatuhkan vonis hukuman mati di kursi listrik.

Sumber: